Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Uni Emirat Arab, dan Inggris, sudah mulai melakukan vaksinasi Covid-19 sebagai upaya pencegahan spesifik terhadap penularan virus yang merenggut banyak korban. Indonesia juga sedang mempersiapkan Vaksinasi Covid-19.
Saat ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) sedang mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin Covid-19 yang tiba di Indonesia beberapa waktu lalu.
Falam acara Dialog Produktif bertema Vaksin: Fakta dan Hoaks, yang diselenggarakan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), beberapa waktu lalu, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, Vaksinolog dan Spesialis Penyakit Dalam, menanggapi dinamika di masyarakat yang sudah tidak sabar menunggu tahapan selanjutnya dari program vaksinasi ini. Ia sekarang melihat kecenderungan banyak orang berspekulasi padahal ini masih berproses.
"Badan POM masih melakukan kajian-kajian dan tidak akan ada vaksinasi apapun sebelum izin dari Badan POM keluar. Ini adalah upaya Pemerintah untuk memastikan, vaksin yang kita gunakan betul-betul aman dan efektif,” terangnya.
Proses vaksinasi dinilai sebagai upaya pemerintah dalam menangani pandemi. Menurutnya, tidak benar, jika virus Covid-19 akan hilang dengan sendirinya.
Bahkan ia mengatakan, ada jutaan kematian akibat virus ini di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu menurutnya perlu ada upaya-upaya ekstra, yaitu protokol kesehatan harus dijalankan secara konsisten.
"Kita tidak bisa berdiam diri, ekonomi kita terpukul, bekerja juga menjadi sulit. Dengan adanya vaksinasi nanti diharapkan akan membantu, karena vaksin memberi proteksi yang bersifat spesifik," imbuh dr Dirga.
Sementara itu, ia mengklaim Covid-19 memiliki spektrum gejala yang luas pada penderitanya. Kondisinya mulai dari tidak bergejala sama sekali hingga bergejala berat yang menyebabkan proses identifikasi pasien menjadi semakin sulit.
“Bahkan penelitian menunjukkan bahwa 40% pasien Covid-19 tidak bergejala. Meskipun begitu, penting untuk diketahui, baik bergejala atau tidak, semua pasien Covid-19 ini bisa menularkannya ke orang lain”, tandasnya.
Terkait dengan program vaksinasi yang sedang difinalisasi Pemerintah, dr. Dirga berpendapat jika setiap negara punya kebijakan berbeda-beda dalam memprioritaskan warga negara mana yang lebih dulu mendapatkan vaksinasi. Indonesia memprioritaskan tenaga kesehatan terlebih dahulu yang kesehariannya langsung merawat pasien-pasien Covid-19, dan khusus di Indonesia juga, vaksin diberikan kepada penduduk berusia 18-59 tahun.
"Vaksin diberikan pada orang sehat sebagai upaya pencegahan. Dalam konteks pandemi Covid-19, bagi pasien Covid-19 yang sudah sembuh tidak menjadi sasaran prioritas karena dianggap sudah memiliki kekebalan," ucapnya.
dr. Dirga pun berpesan, vaksin merupakan instrumen penting untuk mengendalikan pandemi, vaksinasi juga harus dilakukan bersamaan dengan 3M secara konsisten. Dalam mencari informasi tentang vaksin juga harus berhati-hati, masyarakat harus mencari informasi yang terpercaya karena di luar banyak beredar informasi hoax yang kurang bisa dipercaya.
"Masyarakat harus yakin apabila sudah ada izin dari Badan POM, vaksin itu nantinya sudah dipastikan kemanan dan efektivitasnya sehingga masyarakat, tidak perlu ragu,” tukasnya.
Di kesempatan yang sama, Cherryl Hatumesen, Penyintas Covid-19 membenarkan keterangan dr. Dirga, karena selaku penyintas, ia awalnya tidak merasakan gejala berat sebelum akhirnya melakukan tes swab dan terbukti positif.
“Virus Covid-19 ini benar-benar ada, jadi sambil menunggu vaksin nanti, protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, dan Menjaga jarak), harus dijalankan. Selain itu dalam menghadapi Covid-19 memang perlu kedewasaan diri, untuk tidak takut mengakui apabila tertular agar bisa melindungi orang-orang di sekitar kita," kata Cherryl.
Masih Cherryl, sebelum pandemi upaya-upaya pencegahan dari penularan penyakit memang diremehkan oleh sebagian masyarakat. Sebagian besar menganggap diri mereka kuat.
Sekarang setelah dirawat karena Covid-19, Cherryl mengikuti dokter paru yang menyarankan mengurangi karbohidrat. Ia lebih memperbanyak protein untuk meningkatkan imunitas tubuh.
"Masker selalu saya pakai, hand sanitizer juga tidak pernah lepas. Karena terbukti dengan menjalankan protokol 3M, teman-teman di kantor tidak ada yang tertular dari saya," tegas Cherryl.
Menanggapi dinamika di masyarakat terkait vaksin ini, Cherryl mengatakan, jika masih ada yang tidak antusias dengan kedatangan vaksin Covid-19 ini. Menurutnya kelompok-kelompok yang anti vaksin ini termasuk golongan yang cukup berpendidikan.
"Kalau saya belum kena Covid-19, saya pasti mau divaksin langsung," ungkapnya.
Ia juga mengajak masyarakat untuk tetap menjalankan protokol Kesehatan 3M. Ia berharap, protokol kesehatan ini tidak jadi slogan saja, sampai nanti setelah divaksinasi.
"Karena setiap upaya pencegahan tidak ada yang sempurna, jadi kita harus betul-betul melakukan semuanya," pinta Cherryl. [rof/ito]
Vaksin Perlu Didukung Kepatuhan Masyarakat Menerapkan 3M
5 Comments
1.230x view