Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Menindaklanjuti kunjungan Presiden RI Joko Widodo ke TPPI pada akhir Desember 2019, dan untuk melaporkan kemajuan proyek yang menjadi tanggung jawab TPPI, Direksi dan Komisaris TPPI melakukan kunjungan ke Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita pada 23 September 2020 di kantor Kemenperin Jakarta.
Menperin didampingi Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono dan Dirjen Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil, Kemenperin Muhammad Khayam. Sementara itu, dari TPPI hadir Presiden Direktur, Yulian Dekri, Presiden Komisaris Ardhy N. Mokobombang, Direktur Pemasaran, Darius Darwis dan Direktur Operasi, Erwin Widiarta.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Komisaris TPPI menyampaikan saat ini di TPPI terdapat proyek revamping platforming dan aromatik yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas Platforming Unit dari 50,000 barrel per hari menjadi 55,000 barrel per hari dan kapasitas produksi Paraxylene 600,000 ton per tahun menjadi 780,000 ton per tahun dengan biaya pembangunan sebesar USD 180 juta.
Presiden Direktur TPPI, Yulian Dekri menambahkan pada saat ini, pekerjaan Basic Engineering Design Package (BEDP) yang sedang dikerjakan oleh UOP telah dimulai pada 27 Maret 2020 dan akan selesai ada akhir September 2020.
"Pembangunan 5 tangki saat ini sedang dalam tahap pembangunan yang diperkirakan secara keseluruhan tangki-tangki tersebut akan selesai pada pertengahan Desember 2021," terangnya dalam rilis resmi yang diterima blokTuban.com, Kamis (24/9/2020).
Pekerjaan revamping ini akan dilaksanakan pada awal 2022 bersamaan dengan pelaksanaan turn around, sehingga pada kuartal 1 2022 diharapkan kilang sudah dapat beroperasi secara penuh.
Terkait dengan dukungan TPPI untuk mengurangi produk impor paraxylene, TPPI sudah mulai mengoperasikan unit produksi paraxylene sejak Agustus 2020 secara dual mode (menghasilan produk petrokimia dan produk BBM) dan akan ditingkatkan secara bertahap.
Direktur Pemasaran TPPI, Darius Darwis menyatakan kebutuhan domestik paraxylene saat ini sebesar 1 (satu) juta ton per tahun. Sedangkan pemasok dari dalam negeri selain TPPI adalah hanya Kilang RU IV Pertamina yang mempunyai kapasitas produksi sekitar 200,000 ton per tahun.
"Dengan demikian, selama TPPI tidak berproduksi, terdapat impor Paraxylene sekitar 800,000 ton per tahun," sambungnya.
Untuk mengurangi impor paraxylene pada tahun 2021, TPPI merencanakan akan memproduksi sejumlah 280,000 ton per tahun paraxylene selain juga memproduksi Pertamax.
Bersama dengan produksi paraxylene Pertamina sebesar 220,000 ton per tahun, total produksi paraxylene dalam negeri menjadi 500,000 ton per tahun, atau dapat mengurangi impor sejumlah 50% dari kebutuhan dalam negeri dan menurunkan current account deficit sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo saat mengadakan kunjungan ke TPPI tahun lalu.
Pada tahun 2022, dengan selesainya proyek revamping tersebut, TPPI akan dapat meningkatkan produksi paraxylene menjadi 780,000 ton per tahun, sehingga tambahan produksi tersebut dapat memenuhi seluruh kebutuhan Paraxylene dalam negeri bersama-sama dengan Pertamina.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita sangat gembira dan mendukung TPPI dalam melaksanakan proyek revamping. “Saya menyambut baik kemajuan proyek Revamping ini, mengingat produk-produk Petrokimia khususnya produk Aromatik ini sangat dibutuhkan didalam negeri dan diimpor oleh berbagai perusahaan di Indonesia," tegasnya.
Dengan memenuhi kebutuhan impor Paraxylene tersebut, peran TPPI dalam mengurangi impor dan current deficit account Indonesia menjadi sangat significant, dan ini sangat baik untuk membangkitkan perekonomian Indonesia.
Pertemuan yang penuh dengan diskusi hangat tersebut juga dibahas berbagai dukungan yang dapat diberikan Kementerian Perindustrian kepada TPPI, khususnya untuk membantu pemerintah dalam mengembangkan industri petrokimia nasional. [ali/rom]