Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Munculnya kabar informasi terkait munculnya aliran air bercampur sejenis partikel kimia, dampak dari pemboran Pertamina Hulu Energi (PHE) Tuban East Java (TEJ), siang ini masyarakat Desa Jegulo, Kecamatan Soko, berkumpul dan mengadakan musyawarah dengan pihak perusahaan beserta tokoh penengah terkait.
Sekitar 100 warga berkumpul di sekitaran Balai Desa Jegulo. Auala balai desa, teras halaman, juga halaman luar balai desa, diisi oleh warga masyarakat yang ingin mendapat kejelasan soal munculnya air akibat pemboran, langsung dari pihak perusahaan.
Dalam kesempatan itu, hadir pula Kepala Desa (Kades) Jegulo terpilih H. Moh. Ali Shulthoni, S. Ag. M. Pd, tokoh masyarakat, Babinsa, anggota Polsek Soko, juga Humas PHE TEJ.
Ali Shulthoni yang hadir sebagai penengah, sekaligus moderator musyawarah dan diskusi mengungkapkan, bahwa kali ini masyarakat khususnya warga dusun sekitar perusahaan membahas efek pengeboran PHE TEJ, agar bisa mendapatkan titik temu.
"Kegiatan pemboran dilokasi perusahaan, tadi malam mengeluarkan air yang besar, panas, dan keruh," papar Kades Jegulo mengungkapkan pesan yang sesuai gambar whatsapp yang diterima, Selasa (24/9/2019)
Memang terlihat besar, sambungnya, maka dalam rangka berkumpulnya, bertemunya warga di balai desa dalam rangka diskusi, musyawarah, mencari jalan yang terbaik, serta urun rembug,
"Kepala Desa lah yang menjembatani. Karena sudah dipilih oleh masyarakat, walaupun belum dilantik," sambung Kades terpilih yang akrab disapa H. Thoni itu, yang kemudian disambut dengan tepuk tangan dan sedikit tawa dalam suasana yang monoton.
Ia juga menegaskan, apapun keluhan, permasalahan Pertamina yang ada di Desa Jegulo, sebelumnya sudah disiapkan Kades dalam sebuah buku catatan khusus.
"Boleh menyampaikan aspirasi apapun, tapi juga harus tanda tangan agar bertanggungjawab," lengkapnya.
Tak hanya itu, pihak dari Pertamina juga boleh menyematkan catatan apa saja. Dengan maksud, aspirasi, komentar, keluhan, serta segala momok yang mengganjal dari warga, busa mendapat titik temukan dengan hasil musyawarah dan kesanggupan pihak perusahaan.
Sementara dari pihak PHE TEJ yang diwakilkan oleh bagian Humas, Daniel Soerbakti menyampaikan bahwa memang tadi malam warga Gambor ada yang datang ke Pos 1. Yang merupakan perbatasan, tempat RIG.
"Dari awal, kami bersama Kepala Desa sudah kita diskusikan terkait dampak serta kemungkinannya. Dampak tadi malam, sudah kita pertanyakan sebelumnya. Sudah ada pertimbangan," ujar Humas PHE TEJ kepada masyarakat yang ada di balai Desa Jegulo.
Masih kata Daniel, soal air yang kluar dari dampak pengeboran, dari data geolgi perusahaan memang belum tau kalau ada batu besar dikedalamam tertentu. Namun, sudah ada prediksi dan tindak lanjut soal itu.
"Air kemarin, jadi harus dialirkan keluar," jelasnya.
Ia menjelaskan, kenapa keluar dengan warnanya yang coklat keruh, sebab proses kerja dengan dikeduk mata bor mesin. Namun, jika sudah mengalir dengan jarak sekian meter akan bening.
"Kenapa panas? Karena proses kerja pakai mesin. Mengangkat dari kedalaman 1200 m bumi. Kita tetap tanggungjawab," kata Daniel.
Hingga saat ini kegiatan perusahaan juga masih berjalan dengan lancar. Soal dampak pengaliran air, jika tak dikeluarkan akan berdampak lain.
"Jam 9 pagi tadi kita sudah pasang casing, untuk mengikat, menutup semua pori-pori dari bawah," timpalnya.
Hingga berita ini dikirim, musyawarah soal dampak pemboran PHE TEJ yang mengeluarkan air dengan suhu panas beserta partikel kimia masih terus berjalan. [feb/ito]