Reporter: Ali Imron
blokTuban.com - Oknum Dokter Penyakit Dalam RS Muhammadiyah Tuban, HS pada Kamis (16/5/2019), dikeluhkan pelayanannya oleh keluarga pasien di ruang Shofa 6 Lantai 3 atas nama Supriyono (59). Anak pasien, Sigit Prastrio (25) dan istri pasien Priyanti (55) pada Sabtu (18/5/2018) mengadu ke awak media soal buruknya komunikasi dokter RS di tepi jalur nasional itu.
Sebelum jurnalis datang ke ruang pasien, di dalam sudah ada Humas RS Muhamamdiyah, Beni Andika. Pria yang juga selaku kepala ruangan, pelayanannya diacungi jempol oleh keluarga pasien Supriyono.
Duduk perkara soal keluhan ini, berawal dari permintaan layanan terbaik oleh keluarga pasien kepada dokter penyakit dalam dan perawatnya. Pasien tiba di RS Muhammadiyah pada Selasa (14/5/2019) sekitar pukul 10.00 Wib.
Selama dua hari, pasien asal Pangkalpinang ini dirawat oleh Dokter HS. Diagnosa pertama setelah masuk, tensi darah pasien tinggi yaitu 180/100 dan gula 385. Dua hari kemudian dicek kembali hasilnya turun, untuk darah 140/90 dan gula sudah 100.
“Pelayanan RS Muhammadiyah baik tapi oknum dokternya yang tidak menyenangkan,” terang istri pasien Priyanti kepada blokTuban.com.
Pihaknya mengaku berniat meminta surat rujukan kepada dokter HS ke RS Angkatan Laut Surabaya. Kendati demikian, pernyataan dokter tidak menyenangkan bagi pasien. Dia bilang tidak bisa membuat surat rujukan, tapi bisa surat bapak keluar hari ini.
Pernyataan tersebut yang menyinggung perasaan keluarga dan pasien, yang menggunakan BPJS Mandiri. Di benak keluarga, kenapa pasien yang kondisinya masih butuh perawatan tapi disuruh pulang.
Hari Kamis menjadi hari terakhir dokter HS merawat pasien. Setelah itu digantikan oleh dokter saraf, dan pelayanannya dianggap lebih baik dari sebelumnya. Dokter syaraf inipun mulai merawat pasien pukul 14.00 Wib, dan dikabarkan cuti keluar kota Jumat-Sabtu (17-18/5/2018).
Di lain sisi, permintaan surat rujukan karena tidak ada perubahan bagi kondisi pasien. Di RS Angkatan Laut Surabaya diharapkan kondisi pasien lebih baik dan kembali bekerja di perusahaan yang bakal menyuplai salah satu bahan di Kilang minyak Tuban.
“Hari ini suami saya kepalanya masih pusing dan tidak bisa duduk,” terangnya.
Debat kusir pun tak terhindari. Di ruangan dan di hadapan jurnalis, keluarga pasien dan humas RS Muhammadiyah, sama-sama menyampaikan argumennya.
Setelah 10 menit berlalu, Wadir RS Muhammadiyah masuk ruangan meminta keluarga mengurus rujukan pasien ke Surabaya. Baik istri dan anak pasien pun mengikuti dengan didampingi humas RS.
Tak lama berselang, keduanya keluarga pasien kembali dan bercerita bahwa pihak RS telah memberi surat rujukan ke Surabaya. Perbedaan inilah yang disoal, kenapa surat rujukan tidak diberikan dua hari sebelumnya.
“Kalau diberikan, tidak jadi ribet urusannya,” jelas Sigit putra pasien.
Pemberian surat rujuk ke RS Angkatan Laut Surabaya dibenarkan oleh Humas RS Muhammadiyah, Beni Andika. Pihak RS juga telah berupaya memfasilitasi kendaraan roda empat ke Surabaya.
“Pakai ambulance tidak bisa, karena keluarga ingin cepat. Lebih baik pakai mobil carteran,” bebernya.
Demi menjaga nama baik RS swasta di Bumi Wali ini, Beni meminta jurnalis untuk tidak memuat miskomunikasi ini terlebih dulu karena belum ada klarifikasi resmi dari dokter HS. Para jurnalis ingin konfirmasi langsung ke dokter HS, tapi Beni menegaskan apapun soal media dirinya yang memfasilitasi.
Paling cepat hari Senin (20/5/2019), ada klarifikasi resmi dari dokter HS. Pihak manajemen RS Muhamamdiyah juga tidak berani gagabah, sebelum mendapat info valid dari dokter soal buruknya komunikasi yang dikeluhkan pasien.
“Hari ini pasien kami beri surat rujukan,” pungkasnya. [ali/rom]
Komunikasi Dokter Buruk, Imbas pada Layanan RS Muhammadiyah
5 Comments
1.230x view