Pesantren Tak Pernah Ajarkan Radikalisme

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Sekolah Tinggi Makdum Ibrahim (STITMA) Kabupaten Tuban akhir-akhir ini terus mengeliat, membuka wacana dan wawasan baru dengan mengelar berbagai kegiatan edukatif.

Kali ini, kampus milik Nahdalatul Ulama (NU) Cabang Tuban ini kembali mengelar Seminar Nasional dengan mendatangkan Narasumber Muhammad Jadul Maula, Pengasuh Ponpok Pesantren Kaliopak Sewon Bantul Yogyakarta, sekaligus Wakil Ketua LESBUMI PBNU.

Di hadapan para 250 mahasiswa dari Kabupaten Bojonegoro, Lamongan dan mahasiswa STIMA sendiri, serta khalayak umum, Muhammad Jadul Maula memaparkan akan perjuangan pondok pesantren yang juga sebagai benteng kekuatan moralitas dalam perebutan kemerdekaan NKRI pada saat itu.

Keberadan pesantren juga sebagai tonggak awal dalam perkembangan Islam yang Ramatan Lil Alami, Islam yang senantiasa memberikan kenyamanan, ketentraman bagi umatnya, selain keberadaan pesantren tidak pernah mengajarkan tentang radikalisme agama.

“Peranan Pesantren yang berdiri sejak kerajaan Majapahit menjadi tolak ukur dalam perkembangan Islam Nusantara, di dalam pesantren tidak saja mengajarkan tentang agama, juga mengajarkan tentang nasionalisme dalam berbangsa dan bernegara,” kata Pengasuh Ponpok Pesantren Kaliopak Sewon Bantul Yogyakarta, Sabtu (27/4/2019).

Lebih lanjut diterangkan, arus globalisasi dan munculnya radikalisme agama di tengah-tengahmasyarakat saat ini, dikarenakan pendangkalan nilai-nilai agama. Adanya kelompok tertentu yang akan mencerabut akar kebudayaan yang sudah mengakar dalam diri masyarakat, serta membuat masyarakat menjadi mengambang dalam pemahaman keagamaan.

“Hadirnya Wali Songo dan Pesantren selalu mengawal Islam Rahmatan Lil Alamin tidak pernah mencerabut akar kebudayaan yang ada. Bahkan berelaborasi dengan memasukan nilai-nilai keagamaan dalam tradisi budaya (akulturasi) yang ada, sehinga memiliki nilai yang lebih baik dalam perkembanganya,” terang Kiai Muhammad Jadul Maula .

Oleh karena itu, pesantren sebagai benteng kekuatan moralitas bangsa Indonesia tidak dapat dielakan lagi. Kiai dan santri selalu menjadi ujung tombak dalam perebutan kemerdekaan. "Dan keberadaan pesantren tidak pernah mengajarkan tentang radikalisme agama,” tambahnya.

Semenatar itu, Wakil Ketua I STITMA, M. Ainul Yaqin mengapresiasi kegiatan seminar tersebut. Ia juga memberikan semangat kepada mahasiswa bagaimana pentingnya pengasahan keilmuan dewasa ini. Terutama sebagai generasi muda Nahdlatul Ulama.

“Keberadaan Mahasiswa saat ini menjadi ujung tombak dalam proses keberlanjutan perjuangan dalam pengawalan Islam Nusantara, maka kesempatan saat ini untuk mengali ilmu sebanyak-banyaknya,” kata Ainul Yaqin.

Senada dengan Ketua LP3M STITMA Tuban Jamal Ghofir, S.sos.I,.M.A sekaligus sebagai pembicara dalam menyampaikan bahwa, ruh intelektual harus terus menerus dikembangan dalam kampus STITMA Tuban. Sehingga tradisi intelektual yang ada di lingkungan kampus berkembang dengan baik. [ali/ ]