Reporter: -
blokTuban.com - Sekarang, telah banyak sarana untuk membantu kita dalam mengenal diri sendiri. Contohnya tes MBTI, STIFin, Talents Mapping, dan sebagainya. Namun, banyak pula orang yang sudah mendapatkan hasil dari tes tersebut, yang justru "ketakutan" pada indikator kelemahannya.
Terkadang mereka bersembunyi, berdalih ini-itu saat diminta menyelesaikan tanggung jawab. Walhasil, hasil tes yang ia terima justru tidak mengoptimalkan potensi dan kekuatan dirinya, malah jadi semacam mental block.
Rama Royani, Praktisi Talents Mapping senior Indonesia terbiasa menghadapi fenomena tersebut di lapangan. "Prinsipnya, manusia pasti doberi kekuatan dan kelemahan agar hidupnya bermanfaat," katanya. "Untuk pekerja, tanyakan apa kekuatannya, lalu beri tugas sesuai dengan itu. Jika jawabannya tidak punya kekuatan sama sekali, ya, jangan bekerja di situ."
Lain ceritanya jika yang berdalih adalah seorang pelajar. Seorang pelajar sebaiknya diajak untuk terus menggali potensi kekuatannya sendiri. Manfaatnya, agar muncul motivasi intrinsik atau dorongan positif dari dalam diri. "Mereka yang sudah menemukan diri, umumnya semangatnya akan muncul," jelas pria yang akrab disapa Abah Rama ini.
Tujuan diadakannya tes bakat, tentu bukan untuk menggarisbawahi kelemahan seseorang. Sebaliknya, tes itu adalah alat untuk mendorong kekuatan seseorang hingga menjadi potensi dominannya. Jika kamu pernah mengikuti tes-tes seperti demikian, ada baiknya kamu berkonsultasi lebih lanjut dengan praktisi yang bersangkutan. Supaya tidak mengalami mental block, karena terlanjur sedih dengan daftar titik kelemahan yang tersaji dalam hasil tes.
Nah, selamat menggali!
*Sumber: kumparan.com
Tambah Sedih Usai Tes Bakat? Baca Artikel Ini
5 Comments
1.230x view