Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Musim penghujan menjadi tanda peralihan tanam bagi masyarakat petani Kabupaten Tuban. Namun begitu, terdapat sebuah fenomena lain dibalik peralihan antara musim penghujan dan kemarau lalu, yakni populasi ulat yang membludak.
Jenis ulat tersebut berwarna hitam, dengan panjang sekitar 2 hingga 4 cm, menempel di pohon-pohon jati. Selain itu ada pula di sekitar jalanan hutan jati, sebagian juga bergelantung dekat jalan melalui dahan dan ranting pohon.
Ulat-ulat itu muncul di banyak wilayah kecamatan yang terdapat hutan-hutan jati di dalamnya. Di Kecamatan Soko, sedikitnya 4 titik hutan desa yang diserbu populasi ulat jati, yakni Desa Cekalang, Desa Tluwe, Desa Klumpit, dan Desa Wadung.
"Ulatnya itu gak berbulu, juga nggak gatal. Tapi, pohon-pohon Jati sekitar hutan itu sudah penuh dengan ulat hitam," kata Adi, warga Desa Klumpit yang sempat melewati hutan jati sekitar Cekalang, Sabtu (8/12/2018).
Dia juga mengatakan, keberadaan Ulat bulu sekitar hutan perbukitan Soko tersebut sedikit banyak tak mengganggu aktivitas warga. Akan tetapi, banyaknya populasi ulat berlebih yang kadangkala membuat orang yang melihatnya merinnding karena geli.
"Nggak gatal nggak bahaya, tapi kalau orang yang lihat pemandangan itu ya mesti gidik-gidik merinding," tutur Damin, warga lain yang sempat melihat fenomena ulat di hutan-hutan Jati.
Sementara itu di wilayah lain, seperti Kecamatan Parengan, Kecamatan Singgahan, hingga Kecamatan Montong yang juga memiliki hutan Jati nan cukup luas juga mengalami fenomena sama.
Bahkan, di beberapa desa Kecamatan Montong, ulat-ulat yang banyak ditemui pada hutan Jati, malah masuk di lingkungan warga dan menempel di atap dan dinding tembok rumah. Tak sedikit warga dibuat merinding oleh fenomena khas musim penghujan itu. [feb/lis]