Reporter: Sri Wiyono
blokTuban.com – Hari kedua Sekolah Jurnalistik Dasar yang dihelat Ronggolawe Press Solidarity (RPS) kerjasama dengan PT Pertamina EP Asset 4 Sukowati Field, para peserta diajak untuk menjadi ‘wartawan’. Bukan sekadar menulis, namun menulis yang sesuai dengan kaidah jurnalistik dan bisa dipertanggungjawabkan.
‘’Itulah bedanya media masa dengan media sosial. Media masa baik cetak, elektronik maupun radio dan televisi bisa dipertanggungjawabkan isinya dan personelnya. Kalau media sosial isinya tak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya,’’ ujar M. Muthohar, nara sumber sesi pertama di hari kedua Sekolah Jurnalistik di SMK Terpadu Tarbiyatut Thullab, Desa Sumurcinde, Kecamatan Soko, Tuban Selasa (16/10/2018).
Untuk menulis berita di media masa, sehingga kebenaran berita dan isinya bisa dipertanggungjawabkan, kata dia, juga tak mudah. Syarat rukunnya harus dipenuhi. Misalnya harus memenuhi unsur 5 W dan 1 H. Selain itu, harus ada narasumber yang jelas serta berita yang disajikan sesuai fakta.
‘’Jadi, berita di media mainstream itu tidak hoax, karena media yang benar itu bertanggungjawab pada masyarakat atas apa yang diberitakan,’’ tambahnya.
Wartawan salah satu media online di Jawa Timur itu menyebut, wartawan selalu memegang teguh kaidah jurnalistik dalam menulis berita. Berita atau data bisa didapat dengan cara wawancara, pengamatan lapangan, dari bank data, atau literatur. Semua data itu harus diuji lagi kebenarannya dengan melakukan croscek lapangan. Dikonfirmasikan pada pihak yang berwenang dan kompeten serta berimbang.
‘’Jadi menulis berita tidak sembarangan. Asal tulis beres, bukan seperti itu. Karena itu, para peserta semua nanti harus menulis seperti wartawan, ketika mau membuat majalah sekolah atau sejenisnya,’’ kata dia.[ono]