Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Meskipun Desa Sumberagung, Kecamatan Plumpang merupakan desa yang penduduknya mayoritas bercocok tanam tembakau di musim kemarau ini, namun petani setempat was-was tanaman mereka diserang hama.
Tembakau jenis Jawa atau lebih dikenal dengan Codong yang ditanam petani pada beberapa tahun lalu sempat diserang hama ulat yang merusak daun. Akibatnya, tembakau tak bisa tumbuh dengan baik, dan mati mengering.
"Masih terauma ya hama ulat pas tanam dulu. Kita terus mencari penangkal dan obat, sedangkan tahun ini kica cemas hama jamur," ungkap Kasmono (53), petani tembakau Dusun Sundulan, Desa Sumberagung.
Tanaman komoditas bahan utama rokom yang menyebar di desa tersebut, terkhusus di wilayah Dusun Ngayung dan Sundulan, jika sukses dan berhasil panen dengan baik bisa mencapai harga Rp500.000 per kuintalnya. Namun, apabila tembakau sedang buruk, dengan pertumbuhan kurang maksimal sebab hama maupun perawatan air, tembakau hanya laku Rp100.000 saja per kuintal.
"Tapi kalau kena hama, seperti dua petak di lahan ini ya nggak bisa menghasilkan," tambahnya kepada blokTuban.com, Selasa (3/7/2018).
Lebih lanjut, petani senior yang begitu antusias dengan tembakau ini mengaku selalu berkoordinasi dengan penyuluh lapangan dari UPT Pertanian setempat.
Petani di desa yang bermukim di kaki bukit Sumberagung tersebut berharap, saat kemarau yang menyusutkan sumber air dari Sendang maupun sumur bor di sawah-sawah petani bisa sukses panen tanpa serangan hama dan wabah lainnya.
"Sudah cukup sedih pas tembakau tiba-tiba mati dan mengering. Setelah diselidiki, ternyata karena ada bakteri jamur. Setelah perawatan ulang ini, semoga hasilnya lebih baik dari yang kemarin-kemarin," pungkasnya. [feb/col]