Reporter:--
blokTuban.com - Teknologi terus mengalami kemajuan yang pesat. Tak sedikit yang akhirnya mengalami 'kecanduan' gawai dan sulit lepas dari aktivitas dunia maya.
Tanpa pembagian waktu yang bijak, interaksi sosial di dunia nyata pun terpangkas dan semakin minim. Termasuk di lingkungan keluarga.
"Memang media sosial, gadget jadi agak mengurangi momentum kebersamaan dengan anak, baik dari sisi anak maupun orangtua," ujar psikolog anak, Anna Surti Ariani, S.Psi., M.Sc sat ditemui di Jakarta, Kamis (12/4/2018).
Anna menambahkan, hal itu bisa diakibatkan karena anak, orangtua atau keduanya terlalu banyak menghabiskan waktu untuk mengakses media sosial. Selain media sosial, banyak pula aktivitas dunia maya lainnya, seperti mencari informasi dan berita.
Sementara dari sisi anak, waktu kebersamaan mereka dan orangtua bisa saja tersita karena terlalu lama mengakses YouTube, bermain game atau aktivitas lainnya.
Padahal, kata Anna, sejumlah penelitian dalam negeri menemukan bahwa anak usia 2-3 tahun yang terlalu banyak mengakses gawai atau lebih dari empat jam cenderung memiliki kemampuan bicara yang lambat perkembangannya dibandingkan mereka yang tidak.
Lalu, bagaimana menjaga agar penggunaan gawai dan akses internet tak berlebihan sehingga waktu bersama dalam keluarga tetap terjaga?
Anna menyebutkan, menurut American Academy of Pediatrics (AAP), setidaknya gawai baru diperkenalkan saat anak menginjak usia 18 bulan.
Dalam usia tersebut pengenalan gawai pada anak juga masih terbatas pada hal yang sifatnya interaktif.
"Jadi tetap punya momen-momen kebersamaan. Bukan yang nonton dan main," tuturnya.
Pada usia minimal 2 tahun baru lah anak diperbolehkan mengenal tontonan dan mainan di gawai atau internet. Itu pun tetap dalam pendampingan orangtua.
Selain itu, aktivitas dengan gawai tersebut juga diharapkan masih melibatkan aktivitas bersama antara anak dan orangtua.
"Misalnya paling sering dilakukan, menyetel musik lalu menari bareng. Atau cari informasi, seperti di YouTube cari DIY (Do It Yourself) lalu mempraktekkan," ucap Anna.
Anna sendiri mengalami tantangan itu. Namun, ia tegas memberlakukan 'gadget time' di rumah. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, baik anak maupun orangtua sama-sama tak memainkan gawainya.
Hal itu menurutnya perlu diberlakukan oleh para orangtua.
"Misalnya saat makan malam. Begitu mulai makan, semua gadget ditaruh di kamar masing-masing terus kami makan dan betul-betul enggak boleh melihat gadget. Lalu perlu ada beberapa waktu yang no-gadget time," ucap dia. [lis]