Reporter: --
blokBojonegoro.com - Anak-anak masa kini umumnya sudah terpapar gawai atau gadget sejak bayi. Baru lahir pun mereka kerap menjadi objek foto maupun video menggunakan smartphone oleh orangtuanya.
Seiring bertambahnya usia, anak mulai makin tertarik terhadap gawai karena sering melihat ayah atau ibunya asyik menggunakannya. Nah, saat itulah orangtua perlu hati-hati.
Menurut psikolog anak dari TigaGenerasi, Annelia Sari Sani, M.Psi, anak berusia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak diperkenankan menggunakan gawai. Jangan sampai anak suka merebut gadget dari orangtua, kemudian asyik menggunakannya untuk menonton video.
"Untuk anak di bawah 2 tahun, zero gadget, tidak sama sekali main gadget. Anak di bawah dua tahun harus benar-benar dari pengalaman yang konkret," kata Anne dalam acara jumpa pers HiLo School Drawing Competition 2017 di Jakarta, Kamis (27/1/2016).
Pengalaman yang konkret merupakan interaksi dua arah orangtua dengan anak sehingga mereka mendapat stimulasi langsung dari orangtua. Usia 0-2 tahun adalah periode emas dalam tumbuh kembang anak. Apabila anak di bawah dua tahun lebih suka memainkan gawai, perkembangan motorik kasar dan halusnya bisa terganggu.
Begitu pula dengan televisi. Menurut Anne, di bawah 2 tahun sebaiknya juga tidak dibiasakan menonton televisi. Menonton televisi membuat anak menjadi pasif karena tidak ada komunikasi dua arah. Hal ini bisa saja menghambat kemampuan berbicara anak.
"Penelitian juga mengatakan, kalau anak di bawah usia dua tahun enggak diperkenalkan teknologi, maka kemungkinan dia adiksi terhadap teknologi jadi kecil," lanjut Anne.
Setelah usia 2 tahun, anak boleh saja menggunakan gawai. Di dunia digital saat ini, rasanya orangtua tidak bisa memisahkan anak dengan gawai. Untuk itu, peran orangtua sangat diperlukan agar anak mendapat manfaat positif dari penggunaan gawai.
Anne mengatakan, pemakaian gawai untuk anak di atas usia 2 tahun pun ada batasnya, yaitu tak lebih dari dua jam per hari. Hal ini untuk menghindari anak dari kecanduan gawai.