Reporter:--
blokTuban.com - Saat buka Puasa ataupun hari raya Idul Fitri kerap jadi ajang "balas dendam" setelah berpuasa bagi sebagian umat Islam dengan melahap aneka hidangan. Karena itu, pengendalian diri dari nafsu makan yang besar perlu dijaga saat berbuka Puasa ataupun Lebaran ketika beragam makanan tersaji.
Muhammad Reza (26), karyawan swasta di daerah Warung Buncit, Jakarta Selatan, misalnya, menuturkan, awal berpuasa perutnya baru beradaptasi. Perut kerap terasa melilit dan diare. Seiring waktu, kondisinya membaik. Biasanya pencernaan kembali bermasalah saat Idul Fitri.
"Saat silaturahim Lebaran, biasanya ditawari makan, saya ingin mencoba beragam makanan sehingga perut sembelit. Lambung saya sensitif. Itu berlangsung 1-2 hari saja," ujarnya.
Sekjen Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia Ari Fahrial Syam dalam diskusi yang diprakarsai harian Kompas bekerja sama dengan Rumah Sakit Siloam, Selasa (21/6), di Jakarta, menjelaskan, berpuasa membuat kita menerapkan pola makan teratur, konsumsi makanan sehat, serta menghindari rokok dan alkohol. Perilaku itu jadi kebiasaan yang dijalankan konsisten dalam keseharian.
Namun, sebelum berbuka puasa, kita kerap menimbun makanan untuk berbuka. Karena dianjurkan berbuka dengan makanan manis, kita cenderung makan dan minum yang manis secara berlebih yang justru tak baik bagi tubuh.
Selain itu, saat Lebaran, keteraturan pola makan selama berpuasa runtuh. Beragam makanan bisa kapan saja disantap. Akibatnya, pola makan tak teratur dan konsumsi makanan tak sehat kembali dijalani.
Manfaat bagi pencernaan
Menurut Ari, saat berpuasa, pola makan jadi lebih teratur. Itu berdampak positif bagi kesehatan pencernaan, terutama mereka yang sakit mag. Dengan makan teratur, tak terjadi gangguan asam lambung.
Makan teratur dibarengi tak konsumsi kudapan tak sehat bisa mengatasi sakit mag. Apalagi 60-70 persen sakit mag bersifat fungsional yang bisa diatasi jika makan teratur dan tak mengonsumsi kudapan tak sehat.
Bahkan, Puasa bisa menurunkan gejala penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan. Konsumsi rokok pun berkurang. "Puasa menyehatkan dan menurunkan gejala penyakit," ucap Ari.
Keteraturan pola makan selama berpuasa perlu dibiasakan di luar bulan puasa, termasuk saat Idul Fitri. Itu karena setelah bulan puasa, orang cenderung kembali pada kebiasaan makan tak sehat dan tak teratur sehingga kerja lambung terganggu. Makan berlebih membuat lambung mengembang (dilatasi) sehingga asam lambung naik dan gerakan lambung tak normal. "Menjaga pola makan teratur harus disiplin," ujarnya.
Penyandang diabetes
Pengajar Divisi Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Suharko Soebardi, menambahkan, bagi penyandang diabetes, asupan gula harus dibatasi secara disiplin, terutama saat Puasa berakhir. Pengaturan pola makan saat berbuka, seusai salat tarawih, dan sahur perlu diterapkan sehari-hari seusai Ramadhan.
Dokter spesialis gizi klinik dari RS Siloam TB Simatupang, Jakarta, Verawati Sudarma, memaparkan, kebutuhan kalori setiap orang per hari sekitar 2.000 kalori, dan pada orang yang "balas dendam" saat berbuka mencapai 3.000 kalori. "Kalau kita berbuka makan kolak, 400 kalori tercukupi," ujarnya.
Saat Idul Fitri nanti, biasanya umat Islam saling bersilaturahim. Dalam tiap silaturahim, biasanya ada aneka hidangan, di antaranya kue manis dan makanan bersantan. Jika tak bisa mengendalikan nafsu makan, kita akan melahap makanan melebihi kebutuhan kalori kita.
Saat berpuasa, metabolisme tubuh melambat. Namun, begitu Lebaran, orang bebas makan sehingga asupan kalori tak terkontrol. Metabolisme dengan asupan makanan jadi tak sinkron. Kelebihan asupan makanan akan ditumpuk jadi lemak di tubuh. "Kalau bersilaturahim di luar jam makan, usahakan tak makan terlalu banyak," ucapnya.
"Makan itu kesenangan, nikmati aneka rasa makanan sepanjang tak berlebihan. Bagi penyandang diabetes, batasi asupan gula," kata Suharko menambahkan. Maka, pengendalian nafsu makan saat berpuasa perlu diterapkan secara konsisten. (ADHITYA RAMADHAN)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juli 2016, di halaman 14 dengan judul "Lebih Sehat Seusai Berpuasa".
Sumber: http://health.kompas.com/read/2016/07/02/100000723/Lebih.Sehat.Seusai.Berpuasa