Sejarah Desa Lajo Kidul Singgahan Tuban dan Kebiasaan Santri Sunan Bonang

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comLajo Kidul atau Laju Kidul merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Desa Lajo Kidul berjarak sekitar 5 Km dari kantor kecamatan yang mana desa ini  memiliki luas wilayah seluas 304 Hektar yang terbagi menjadi 2 dusun yakni Dusun Krajan dan Dusun Kepanjen.

Dengan wilayah seluas itu Desa Lajo Kidul dihuni oleh penduduk kurang lebih sekitar 6000 an jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga sekitar 1798 KK. Dilihat dari wilayah yang kebanyakan berisi area persawahan maka dari itu mayoritas profesi dari warganya yakni sebagai petani

Desa Lajo Kidul berbatasan langsung dengan Desa Lajo Lor di sebelah Utara, Desa Tanggir dan Desa Tanjungrejo di sebelah Timur, Desa Sendang dan Desa Weden di sebelah Selatan, kemudian dengan Desa Kedungharjo dan Kedungmulyo di sebelah Barat. Desa Lajo Kidul sekarang dipimpin oleh Nur Amin selaku Kepala Desa.

Dibahas mengenai sejarahnya sendiri Desa Lajo Kidul yang mana diambil berdasarkan RPJM Desa menjelaskan bahwa nama dari Desa Lajo Kidul atau Laju Kidul diambil dari kata Ngelaju yang artinya pulang pergi dalam bahasa jawa. 

Yang mana pada zaman dahulu sebelum terbentuknya Desa Lajo Kidul terdapat seorang santri dari Sunan Bonang yang setiap hari pulang pergi untuk mengaji ke Tuban, sehingga beliau menyebut santri tersebut dengan nama Santri Ngelaju. 

Dari kata Santri Ngelaju tersebut kemudian dinamakan menjadi sebuah desa yang bernama Desa Lajoe atau Lajo. Menurut sejarah orang – orang terdahulu Desa Lajo Kidul merupakan pemekaran dari Desa Lajoe menjadi 3 Desa yakni Lajo Lor, Lajo Kidul, dan Tanggir.

Adapun menurut salah satu Perangkat Desa Lajo Kidul pun menambahkan mengenai sejarah Desa Lajo Kidul, ia menuturkan bahwa ada seorang yang bernama Ratu Kali Nyamat yakni konon sebagai orang yang mendirikan atau yang babat alas desa pertama kali.

Juga terdapat sebuah Keramat Boto Putih yang konon ceritanya adalah petilasannya dari Syekh Abdurrahman yang menurut sejarah merupakan putra dari Sunan Bejagung, yang akhirnya menjadi panglima perang di Mataram.

“Laju itu arti kata bahasa sekarang kan Pesat, ini dulu ada yang ngomong Ngelaju itu pulang – pergi makane disini ada salah satunya itu yang terlihat jelas disebutkan dalam sejarah itu ya pesarean e Mbah Muhyiddin, makane ada santri dua namanya santri dua salah satunya Mbah Muhyiddin ini. Jadi ada santri dua muridnya Mbah Bonang yang Ngelaju (pulang – pergi),” Ujarnya, Jumat (15/12/2023).

Selain ia juga menambahkan, kalau di Lajo Kidul sendiri banyak terdapat peninggalan dari kolonial Belanda salah satunya yakni yang terdapat di Lapangan Desa Lajo Kidul yang menurut sejarah merupakan tempat pusat administrasi Kolonial Belanda.

Mengenai tradisi yang masih ada sampai saat ini yakni tradisi sedekah bumi yang dilakukan di Keramat Krajan yang biasanya dilakukan pada Bulan Suro di hari Rabu Wage, selain itu juga dilakukan di Keramat Boto Putih yang biasanya dilakukan pada hari Minggu Pon.

Selain itu juga adanya haul yang dilakukan sebagai peringatan berdirinya desa yang biasanya dilakukan dengan menyembelih kambing 2 ekor yang mana uri – uri budayanya yakni dengan menanggap atau menggelar kesenian wayang.

“Menyembelih kambing 2 ekor dimaksudkan sebagai mahar atas lahirnya/berdirinya desa sedangkan untuk pagelaran wayang kulit sebagai nadzar syukur mensyiarkan agama, dikarena saat itu belum adanya pengajian/sholawatan, syiar agama melalui pagelaran wayang kulit yang digunakan sebagai sarana  praktis  rekayasa model  dakwah sunan kalijaga pada zamannya,” Tutupnya. [Naw/Ali]