Singa Petarung Jadi Peliharaan di Desa Simorejo Widang Tuban

Penulis : Leonita Ferdyana Harris

blokTuban.com – Makam mbah Santri berada di Dusun Simo, Desa Simorejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban. Di area makam tersebut terdapat cerita adanya singa petarung, Minggu (12/11/2023). 

Desa Simorejo memiliki luas wilayah kurang lebih 572 Ha yang terbagi menjadi 4 dusun dengan keseluruhan penduduk kurang lebih mencapai 3700-an penduduk tercatat. Keempat dusun tersebut ialah Panderejo, Gilis, Simo, dan Mbaduran.

Dari keseluruhan luas wilayah tercatat, wilayah tersebut di dominasi oleh area persawahan sehingga pekerjaan penduduk mayoritas ialah bertani. Beberapa penduduk lain juga bekerja sebagai pedagang dan peternak namun jumlah presentasenya kecil jika dibandingkan dengan penduduk yang bertani.

Produk unggulan yang dimiliki oleh desa ini ialah kerajinan tangan seperti keranjang dan hiasan dinding. Namun saat ini pemasarannya baru mencakup wilayah Tuban dan sedang mengalami ketersendatan konsumen dampak pasca pandemi.

Kembali ke makam Mbah Santri, bahwa sosok tersebut salah satu ikon yang paling terkenal di desa ini. Pesarean yang tergolong dalam Tuban Bumi Wali saat ini telah dibuka untuk umum dengan akses biaya gratis dan sering dikunjungi oleh beberapa peziarah dari Kota Gresik, Lamongan, dan Surabaya. 

Konon Mbah Santri merupakan salah satu punden atau tetua desa yang biasa di hauli oleh masyarakat ketika tradisi sedekah bumi berlangsung. Nama lain dari beliau ialah Sayyid Abd. Rohman Bin Abdullah.

Mohammad (41) sebagai Kepala Seksi Pelayanan Desa Simorejo menceritakan sejarah awal terbentuknya nama desa ini. Simorejo merupakan gabungan dari 2 suku kata. Simo artinya singa dan rejo berarti ramai. 

Diceritakan, dahulunya penduduk wilayah ini sangat menyukai peperangan bahkan banyak yang memelihara singa sebagai bala tentaranya dalam perebutan wilayah maupun kekuasaan.

“Katanya, dalam bahasa palawa, simo itu artinya singo atau dalam Bahasa Indonesia itu singa. Simo-rejo berarti kawasan singa yang ramai. Itu juga alasan kenapa di depan kantor desa kita diberi patung singa,” ujarnya.

Dalam pelaksanaan sedekah bumi juga terdapat beberapa hal unik yang dianut dan dipercayai oleh penduduk setempat dari tahun ke tahun. Keunikan tersebut terdapat di sajian yang dihidangkan oleh penduduk ketika acara sedang berlangsung. 

Di beberapa dusun, lauk yang disajikan harus ikan yang ditangkap langsung dari sungai. Sedangkan di dusun lain lauk yang dihidangkan harus menggunakan suguhan daging kambing beserta hiburan seperti tayub serta wayang. 

Masyarakat percaya ketika pantangan tersebut tidak dilaksanakan maka akan mendatangkan petala untuk seluruh penduduk.

Mad sapaan akrabnya  menambahkan jika dalam beberapa tahun kedepan Desa Simorejo juga akan berfokus untuk membangun produk wisata alam sebagai sektor penopang perekonomian warga.

“Kita berpotensi untuk membuka wisata religi tapi untuk saat ini fokus kita masih belum ke situ. Kita akan menjuruskan desa ini menjadi desa wisata. Salah satunya adalah wisata air di sungai sebelah. Kita akan adakan wahana bebek air, mengadakan demo umkm, dan sejenisnya. Memang rencana itu belum bisa direalisasikan dalam waktu dekat tapi kita sudah on proses. Sudah beli perahu bebeknya juga,” tutupnya. [Leo/Ali]