Asal-usul Desa Glondonggede Tambakboyo Tuban yang Populer

Penulis : Nurul Mu’affah

blokTuban.comDesa Glondonggede merupakan sebuah desa yang secara administratif terletak di Kecamatan Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki batas administratif dengan Laut Jawa di sebelah utara, Desa Merkawang di sebelah selatan, Desa Socorejo di sebelah timur, dan Desa Merkawang Kecamatan Tambakboyo di sebelah barat.

Menurut keterangan RPJMDes Glondonggede Tahun 2020-2025, Desa Glondonggede memiliki daerah seluas 148 Ha yang dihuni oleh penduduk sebanyak 3.554 jiwa yang terdiri dari 1.160 KK. Adapun jarak tempuh Desa Glondonggede ke Kecamatan Tambakboyo adalah 5 KM yang dapat ditempuh dalam waktu 5 menit. Sedangkan jaraknya ke Ibukota Kabupaten adalah 25 KM yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 30-40 menit.

Berbicara soal sejarah, hampir di seluruh desa di Kabupaten Tuban memiliki sejarahnya masing-masing, tak terkecuali Desa Glondonggede. Menurut keterangan yang dihimpun bloktuban.com dari sumber RPJMDes Glondonggede Tahun 2020-2025, Desa Glondonggede memiliki cerita sejarah yang popular di masyarakat, diantaranya sebaagai berikut.

Pada kisaran Abad ke-17, pasca kedatangan orang-orang Tiongkok yang dipimpin oleh seorang panglima bernama Kubalaikan yang akan menyerang Kerajaan Majapahit menggunakan jalur laut dengan kapal-kapal perangnya, di sepanjang Pantai Tuban dahulu telah terjadi peperangan yang akhirnya kapal-kapal yang ditumpangi panglima tersebut terseret arus ke Barat dan menggelundung tenggelam ke laut (yang mana dalam Bahasa Jawa “Glundong-glundong) sehingga dari kata tersebutlah yang menjadi cikal bakal penamaan Desa Glondonggede.

Selanjutnya, pada zaman penjajahan Belanda, Laut Utara Desa Glondonggede sudah dijadikan pendaratan pertama kapal-kapal Belanda di Kabupaten Tuban. Hal ini dibuktikan dengan temuan banyaknya patok-patok kayu besar bekas benteng peninggalan dan di dalam perairannya banyak ditemukan ranjau yang diduga merupakan peninggalan Belanda yang mana pada saat itu desa ini sudah dikenal dengan nama Glondonggede.

Adapun menurut cerita yang beredar, dahulu di desa ini terdapat seorang murid Sunan Bonang yang berasal dari Jawa Tengah yang mana beliau pernah singgah dan menyebarkan agama Islam di Desa Glondonggede. Meskipun belum diketahui secara pasti siapa waliAllah tersebut, namun hingga saat ini terdapat dua sumur gede yang merupakan peninggalan beliau dan masih dirawat hingga saat ini.

Sumur pertama terletak di Dusun Glondong dan dinamakan Petilasan Pohan atau Sumur Lor. Sedangkan sumur kedua terletak di Dusun Satriyan, tepatnya di sebelah Timur masjid Dusun Satriyan yang dikenal warga dengan nama Sumur Lor.

Murid Sunan Bonag tersebut ketika menetap dan menyebarkan agama Islam di Desa Glondonggede oleh masyarakat ditunjuk sebagai pemimpin dan dianggap memiliki darah biru karena dalam kepemimpinannya mampu mengayomi dan memakmurkan masyarakat, pemimpin tersebut dikenal dengan sebutan Pemimpin Glondong atau Kades Glondong (Darah Biru).

Menurut keterangan Bisri, Sekretaris Desa Glondonggede kepada bloktuban.com, Minggu (5/11/2023), masyarakat Desa Glondonggede juga memiliki tradisi yang rutin diadakan setiap tahunnya, yakni tradisi sedekah bumi dan tradisi sedekah laut.

Sedekah bumi diadakan di dua sumur keramat di Dusun Glondong dan Dusun Satrian pada setiap Bulan Rajab. Sedangkan sedekah laut dilaksanakan setiap Bulan Suro di pesisir pantai Desa Glondonggede.

Diketahui, memiliki letak yang secara geografis dilalui garis pantai membuat penduduk Desa Glondonggede mayoritas bekerja sebagai nelayan. Namun juga sebagian besar bekerja sebagai petani.

“Dusun Glondong mayoritas nelayan, kalau Dusun Satrian pertanian, Dusun Ketapang itu serabutan, jadi semua ada di situ, ada sopir, PNS, pedagang,” jelasnya. [Rul/Ali]