Empat Superhero dari Kampung Energi

Reporter : Eddy Purnomo

blokTuban.com - Superhero, biasanya julukan yang diberikan kepada tokoh pahlawan berkekuatan super. Layaknya film-film action, superhero ini akan muncul dengan menunjukkan kepiawaiannya dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada.

Pertamina menghadirkan beberapa superhero di Media Gathering 2023 Regional Indonesia Timur, Subholding Upstream Pertamina, Minggu (24/9/2024). Bukan Spiderman atau Captain Amerika yang sering melawan kejahatan, tapi empat orang hebat yang layak dianggap superhero karena selama ini gigih mengorganisir masyarakat untuk melakukan pemberdayaan demi kebaikan bersama.

Empat orang, tiga laki-laki dan perempuan terlihat satu persatu menaiki panggung undangan. Di tengah beberapa program yang selama ini terkenal memberdayakan masyarakat, ada mereka yang merintisnya dengan dengan tidak mudah.

Empat superhero yang dipanggil adalah Imam Muhlas, pegiat bank sampah dari Desa Sendangharjo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, M Sahril, pegiat Ekowisata Mangrove dari Desa Labuhan, Kecamatan Semuluk, Kabupaten Bangkalan Madura, Labi Mopok, pelestari hutan dan pembudidaya madu hutan Desa Leme-leme Barat, Kecamatan Bukit, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Sri Widyarini aktivis pertanian organik dari Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Blora.

Masing-masing dari narasumber punya sejarah perjuangan sendiri. Perjuangan yang tidak gampang, terutama saat menarik kepercayaan orang lain. Hal ini diungkapkan Imam Muhlas, saat tahun 2017 dia merasa resah melihat persoalan sampah di lingkungannya dan bertekad untuk bisa mengelolanya.

"Awalnya banyak yang tidak percaya saya serius mengelola sampah, bahkan istri sendiri justru awalnya juga tidak percaya," jelas Imam Muhlas.

Karena belum mendapatkan kepercayaan dari orang luar, Muhlas lantas tetap mengajak istri dan keluarganya. Juga tetangga dekatnya. Meski setengah percaya, mereka akhirnya luluh juga dengan niat keras Muhlas untuk membuat suatu organisasi yang bisa mengurai persoalan sampah di desanya.

Proses panjang untuk sebuah pembuktian terus dilalui. Usaha keras dari Muhlas pelan-pelan diikuti 350 anggota. Dari hasil mengolah sampah dan menabungnya, mereka bisa manfaatkan untuk membayar pajak.

Gerakan warga desa Sendangharjo ini akhirnya mulai mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya Pertamina EP Cepu yang memfasilitasi bank sampah ini agar bisa lebih berdaya ada tahun 2019-2020.

Sekarang, kelompok ini tidak hanya bank sampah biasa yang mengumpulkan sampah kemudian menabungnya untuk bayar pajak saja. Tapi lebih dari itu, mereka bisa membudidaya magot agar bisa terintegrasi dengan pertanian dan peternakan juga.

Nilai ekonomi dari kegiatan mereka juga semakin besar, yakni mencapai 60 juta lebih. Selain itu, ada 11 pemuda dan 11 ibu-ibu yang bekerja tetap agar bisa mengolah sampah lebih besar. Dan mereka bisa mengolah limbah plastik menjadi bahan bakar alternatif untuk aktivitas internal mereka.

Cerita kegigihan Muhlas hingga berbuah prestasi, awalnya berangkat dari keprihatinan. Begitu juga dengan ya g dirasakan oleh M Sahril, 52, Superhero lain yang didatangkan dari Desa Labuhan, Kecamatan Semuluk, Kabupaten Bangkalan.

"Saya tinggal di pesisir pantai yang mempertemukan laut madura dengan laut utara Jawa, kondisinya pada tahun 2013 sangat gersang," kenang Sahril.

Sahril kemudian berinisiatif melakukan kunjungan ke Kabupaten Tuban. Di sini, sudah ada aktivis lingkungan yang sudah berhasil mengembangkan tanaman mangrove dan meminimalisir ancaman abrasi yang mengancam Tuban.

"Kami difasilitasi oleh Pertamina (WMO) untuk belajar, termasuk melakukan study banding di Tuban," kata Sahril.

Awalnya tekad dia untuk mengembangkan mangrove di Bangkalan selalu mendapat hambatan. Apalagi di desa dia ada pohon santigi yang selalu menjadi sasaran pembalakan karena mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.

Sekarang Sahril dan teman-temannya berhasil mengkonservasi tanaman mangrove seluas 52 hektar. Selain selamat dari bencana lingkungan, mereka juga bisa mendapat dampak ekonomi yang timbul karena lokasi ini menjadi tempat wisata dan pusat edukasi lingkungan.

 

Pelestarian Hutan dan Pertanian Organik

Labi Mopok, warga Desa Leme-leme Barat, Kecamatan Bukit, Kabupaten Banggai Kepulauan, merasa ada yang aneh dengan hutan tempat dia tinggal. Sejak usia dewasa, dia mulai sering melihat orang membuka lahan dengan cara pembalakan.

Selain itu, beberapa spesies asli juga mulai punah. Salah satunya adalah gagak banggai yang mulai jarang bisa ditemukan lagi. Begitu juga dengan spesies-spesies lain yang menjadi sasaran perburuan liar, tanpa memikirkan keberlangsungannya.

Tahun 2021, Labi Mopok melakukan pendataan secara mandiri di area hutan tempat dia tinggal. Atas kegigihannya dia mulai mendapatkan kepercayaan dari pemerintah dan juga pelaku usaha, termasuk Pertamina EP.

Kini Labi Mopok, dengan Kokolomboi lestarinya bisa menemukan solusi dari pembalakan liar. Yakni dengan budidaya palem hutan untuk kelompok madu hutan, dan juga mengembangkan wisata eco tourisme yang bahkan bisa menarik wisatawan mancanegara.

"Dengan adanya kelompok madu hutan mereka harus melestarikan hutan, begitu juga dengan adanya wisatawan yang melakukan penelitian ditempat kami," jelas Labi.

Para pahlawan masyarakat ini punya masing-masing keresahan di tengah masyarakat. Sri Widyarini perempuan asal Desa Ngraho, Kecamatan Kedungtuban, Blora, mengaku khawatir dengan penggunaan obat pertanian kimia.

"Saya seorang ibu rumah tangga, dan saya mulai aktif belajar pertanian organik sejak 2018," jelasnya.

Sekarang Sri Widyarini bersama dengan perempuan-perempuan yang sevisi aktif produksi beras pertanian. Selain itu juga aktif mengembangkan obat herbal yang didapat dari tanaman-tanaman liar.

Di antara deru industri Migas yang harus terus beroperasi, ada orang-orang hebat yang bisa menggerakkan masyarakat untuk taraf hidup yang lebih baik.

"Mereka adalah local hero, yang mempunyai jasa besar di tengah masyarakat," Fitri Erika, Sr Manager Relatiobs Regional 4 Pertamina. [Dy/Ali]