Dibanding Laser, Khitan Massal Metode Tradisional Lebih Diminati

Reporter : Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com - Dalam rangka memperingati Haul Sunan Bonang yang Ke- 514 Tahun, panitia penyelenggara haul kembali menggelar khitan masal yang diperuntukkan bagi anak-anak di Kabupaten Tuban maupun luar kabupaten. 

Dari pantauan blokTuban.com di lokasi, nampak puluhan anak mengantre untuk menunggu giliran untuk di khitan. Bahkan, ada beberapa dari mereka yang menangis sesenggukan saat prosesi khitan dilaksanakan. 

Panitia penyelenggara Haul, Muhammad Shodiqul Amin mengatakan pada kegiatan khitan masal tahun ini, diikuti kurang lebih sebanyak 64 anak yang berasal dari Tuban Kota, Kecamatan Jatirogo dan Kabupaten Lamongan. 

"Data valid yang menyertai khitan ada 64 anak, terdiri dalam kota dan yang dari luar Kota Tuban dua orang. Yaitu dari Kecamatan Jatirogo satu orang, dan dari Kabupaten Lamongan satu orang anak," ujarnya kepada blokTuban.com, saat ditemui di lokasi, Kamis (10/8/2023). 

Adapun puluhan anak yang mengikuti khitan masal tersebut, dibagi menjadi dua metode yaitu metode khitan secara tradisional dan metode khitan laser. 

Dimana, anak yang mengikuti metode khitan calak atau khitan tradisional sebanyak 40 anak, sementara sisanya memilih untuk mengikuti metode laser. 

Selain mendapatkan fasilitas khitan gratis, seluruh anak-anak juga mendapatkan beberapa fasilitas pendukung seperti baju koko, sarung, dan juga kopyah. 

"Jika dibandingkan dengan tahu lalu, jumlah ini berkurang. Untuk tahun lalu jumlahnya sekitar 76 dan sekarang hanya 64. Mungkin karena keadaannya masih seperti ini, padahal biasanya pendaftar dari luar kota juga banyak," jelasnya. 

Sementara itu, salah satu anak yang mengikuti khitan masal, Dista yang tinggal di Kelurahan Kutorejo mengatakan jika sudah mengantre untuk di khitan sejak pukul 06.00 Wib dan merasa sangat deg-degan selama proses khitan tersebut. 

"Tegang sekali deg-degan, tapi Alhamdulillah tadi nggak sakit," ungkap anak yang masih berusia 12 tahun tersebut. 

Senada, Ahmad Judianto yang merupakan orang tua anak yang ikut khitan masal ini mengaku mengikuti kegiatan tersebut, lantaran keinginan dari anak keduanya yang masih berusia 7 tahun. 

Menurutnya, selama menjalani proses khitan anaknya tersebut tidak merasakan sakit. Hanya saja, merasa pegal lantaran posisi kakinya yang tidak bisa berubah selama beberapa menit. 

"Tahu informasi ada khitan masal ini dari tetangga, terus anaknya ingin ikut dan kemudian saya daftarkan. Anaknya tadi kecapean karena kakinya dipegang terus, tapi setelah selesai dikhitan tidak sakit," katanya. [Sav/Ali]