Hari Kedua Siswa Diajari Jadi Wartawan

Reporter: Sri Wiyono

blokTuban.com - Hari kedua pelaksanaan Sekolah Jurnalistik Dasar bagi pelajar SMA/SMK dan MA hasil kerjasama Ronggolawe Press Solidarity (RPS) dan Pertamina EP Asset 4 Field Sukowati di MAN 2 Tuban di Rengel masuk ke materi teknis.

Peserta yang berjumlah 33 siswa mulai diajari untuk menulis berita, mengambil gambar video dan foto untuk berita serta mengedit agar sesuai dengan kaidah jurnalistik.

"Kami juga mengajari peserta untuk reportase atau liputan lapangan," ujar Ali Imron, salah satu pemateri.

Hal itu dilakukan agar para peserta tidak hanya tahu teori dan berimajinasi dalam pikirannya saja. Namun, bisa tahu dan merasakan serta melakukan sendiri tugas dan pekerjaan sebagai wartawan. Praktik tersebut juga dibuat semirip mungkin dengan bentuk kerja redaksi.

"Ada deadline, penugasan dan sebagainya," tambah dia.

Dalam reportase atau liputan itu, lanjut wartawan sebuah media online di Tuban ini, para siswa yang sudah berperan sebagai wartawan itu ditugasi untuk mewawancarai beberapa tokoh yang sudah ditentukan. Peserta harus bisa mendapat wawancara dengan tokoh tersebut lalu menuliskannya dalam berita.

"Untuk ketemu dengan tokoh dan narasumber kadang tidak gampang. Butuh kesabaran dan ketekunan. Nah peserta kami tunjukkan dan diberi kesempatan untuk mengalami sendiri bagaimana sulitnya ketemu narasumber dan mewawancarainya," kata dia.

Melihat materi yang diberikan pada siswanya yang menjadi peserta Sekolah Jurnalistik, Kepala Sekolah MAN 2 Tuban Mokh.Mas Ulin antuasias. Dia berterimakasih anak didiknya diajari dengan baik dan diberi banyak pengalaman. Dia berharap peserta semakin maju dan bertambah kemampuan dan pengalamannya.

" Karena kami juga punya majalah sekolah yang terbit setiap enam bulan sekali. Dengan kegiatan ini saya berharap kualitas majalah kami nanti semakin bagus karena siswa bertambah ilmunya dalam dunia tulis menulis," katanya.

Sementara Ketua Panitia Sekolah Jurnalistik Sri Wiyono menambahkan, bahwa RPS tidak ingin mengajak seluruh peserta untuk menjadi wartawan. Tapi mengajari siswa untuk pandai menulis, memahami dan mengerti dunia kewartawanan, ilmu jurnalistik dan pemberitaan. Sehingga tahu mana berita hoaks dan yang tidak.

"Tidak harus menjadi wartawan. Tapi  tidak ada ruginya pintar menulis itu. Jadi apa saja dan siapa saja, kalau pintar menulis akan semakin baik," tandasnya.[ono]