Puisi Amir Hamzah dan Taufik Ismail, Sama Namun Berbeda

Oleh: Iim Khoiria*

Membahas tentang puisi sama halnya dengan membahas tentang bait-bait indah yang ditulis pengarang untuk mengungkapkan perasaannya. Perasaan tersebut dapat berupa ungkapan suka ataupun duka. Sebagai seorang pengarang mampu mengekspresikan dan mengungkapkan makna yang tersembunyi melalui bait-bait yang telah ia tulis. Puisi ditulis seindah mungkin agar seorang pembaca dapat terjerumus ke dalam suasana yang ada dalam setiap barisnya.

Puisi yang indah adalah puisi yang memiliki makna. Begitupun juga puisi yang ditulis oleh sastrawan-sastrawan terkenal yang ada di Indonesia. Banyak makna yang dapat dipetik dari karya yang mereka tulis. Mungkin sebagian orang awan menghiraukan tulisan puisi-puisi telah diciptakan. Karena sebagian dari mereka yang tidak menyukai sajak ataupun sejenisnya beranggapan bahwa tidak penting untuk membacanya. Namun, jika ditelusuri secara mendalam puisi sangat penting bagi semua kalangan masyarakat baik kalangan muda ataupun tua. Puisi mampu berkontribusi dalam membuat perasaan pembaca menjadi campur aduk.

Seperti halnya dengan puisi bertema religi atau keagamaan. Puisi bertemakan agama mampu membangkitkan seorang pembaca dalam mencintai Tuhannya. Seseorang yang menganggap bahwa mencintai hanya bisa dilakukan oleh seseorang kepada kekasihnya saja. Namun, ketika membaca puisi bertema agama mampu mengubah pemikiran seseorang lewat sajak baris demi baris untuk lebih mencintai Tuhannya. Sama halnya dengan puisi Amir Hamzah dan Taufik Ismail yang salah satu puisinya bertema religi. Amir Hamzah dan Taufik Ismail adalah salah satu sastrawan yang berbeda angkatan namun memiliki karya yang luar biasa. Karya mereka mampu mengubah dunia sastra menjadi berwarna dari zaman ke zaman.
Kutipan Puisi Amir Hamzah yang berjudul Padamu Jua yang berbunyi

Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dalam lepas
Nanar aku hilang sasar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara dibalik tirai

Puisi Padamu jua adalah puisi Amir Hamzah yang salah satu puisinya bertema keagamaan atau kecintaan, penasaran, dan kemarahan pada Tuhannya. Karena dalam puisi tersebut mengandung makna bahwa pengarang merasakan perasaan yang banyak secara tersirat pada puisi yang ditulis. Pengarang memiliki perasaan kecintaan pada Tuhannya yang telah melindunginya dari lahir hingga ia hidup di dunia. Namun tidak hanya itu, pengarang juga merasakan perasaan penasaran terhadap Tuhannya. Penasaran akan rupa Tuhannya dan juga penasaran keberadaan Tuhannya yang tidak ia ketahui. Perasaan kemarahan juga ditulis dalam puisi tersebut. Pengarang menulis perasaan kemarahan karena selalu dicengkram. Berbagai perasaan yang dituangkan pengarang ke dalam puisi menggambarkan bahwa sebuah puisi menjadi wadah untuk selalu mengeskpresikan perasaannya yang hendak pengarang utarakan.

Di samping itu, sastrawan terkenal Taufik Ismail juga memiliki segudang karya yang dapat mengharumkan citra dunia sastra. Salah satu puisi milik sastrawan Taufik Ismail yang sama bertema ketuhanan adalah kutipan puisi yang berjudul sajadah panjang.

Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati
Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekedar intrupsi
Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara adzan
Kembali tersungkur hamba

Puisi yang ditulis Taufik Ismail ini adalah salah satu puisi yang bertema ketuhanan. Dalam puisi tersebut penyair menggunakan kata sajadah sebagai judul yang melambangkan bahwa kecintaan kepada Tuhan adalah tunduk dan selalu melaksanakan ibadah. Penyair juga menyinggung tentang kematian dalam puisi tersebut sebagai pengingatnya dan pengingat semua manusia bahwa tanpa Tuhan manusia bukan apa-apa. Kecintaan terhadap Tuhan ditulis penyair baris demi baris untuk menyadarkan manusia bahwa kasih sayang Tuhan lebih berarti dalam hidup manusia. Penyair tidak lupa untuk menuliskan puisi sajadah panjang ini dengan pengalaman yang ada dihidup masyarakat sekitar agar mereka menyadari pentingnya beribadah kepada Tuhan.

Kesamaan puisi Taufik Ismail dan Amir Hamzah sama-sama menjadi renungan bagi semua manusia bahwa kecintaan kepada Tuhan tidak bisa ditinggalkan begitu saja. Kecintaan yang terikat bahwa pentingnya mendekatkan diri pada Tuhan adalah cara manusia mencintai Tuhannya. Tuhan yang selalu memberi ruang dan waktu untuk selalu dekat dengan manusia. Hanya seberapa pintar manusia dapat mengatur ruang dan waktu tersebut agar bisa bercengkrama dengan Tuhan. Melalui baris demi baris yang ditulis pengarang dapat menyadarkan manusia dalam bermuhasabah diri. Puisi tema keagamaan selalu memiliki makna yang dalam disetiap bait yang terkandung. Hanya saja sebagian orang awan tidak telaten untuk membaca baris demi baris puisi yang ditulis. Orang awam menganggap untuk membaca puisi dan memaknainya membutuhkan waktu luang. Padahal membaca puisi ataupun menciptakan puisi memberikan ekspresi ketenangan dalam mengungkapkan sebuah perasaan. Baik perasaan senang ataupun duka. Mengagungkan karya sastrawan juga menjadi pokok penting bagi
kehidupan bangsa. Karena sastrawan dapat memberikan karya yang luar biasa yang harus diapresiasikan seluruh generasi untuk terus berkarya.

Selain itu, perbedaan yang tipis antara kedua puisi karangan Taufik Ismail dan Amir Hamzah dapat menjadikan tolak ukur bahwa perbedaan diksi yang digunakan pengarang tidak dapat mempengaruhi persamaan makna yang terkandung dalam puisi yang tulis. Perbedaan zaman dan angkatan juga tidak mempengaruhi keindahan makna yang ada dalam puisi tersebut. Amir hamzah dan Taufik Ismail adalah sastrawan yang lahir dizaman yang berbeda namun karya yang diciptakan sama-sama dapat memberikan peluang bagi pembaca dalam mengintropeksi diri. Sedangkan bagi para penulis pemula juga memberikan wadah agar dapat menciptakan karya yang luar biasa seperti sastrawan terkenal.

Kesamaan dan perbedaan tidak menjadi penghalang dalam menciptakan sebuah karya yang luar biasa. Zaman tidak menjadi penentu bagi seorang sastrawan dalam mengharumkan citra dunia sastra. Karena menciptakan karya yang luar biasa seperti halnya puisi dapat memberikan makna yang mendalam bagi kehidupan masyarakat dari zaman ke zaman. Karena berkarya tidak memandang dari segi manapun mereka berada.

*Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Malang