Haul Mbah Rozi, Akulturasi Budaya di Bangilan

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Ribuan umat muslim, baik laki-laki maupun perempuan berkumpul di Komplek Makam Syekh Ahmad bin Muhammad Ar Rozi, Dusun Dopyak, Desa Bangilan, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (12/10/2016).

Mereka berkumpul untuk menghadiri rangkaian acara Haul Santri Sunan Bonang yang berjuang di wilayah setempat.

Kepada blokTuban.com, Rabu (12/10/2016) pengelola makam, Ustadz Dardiri menceritakan, Syekh Ahmad Bin Muhammad Ar Rozi adalah seorang Ulama berasal dari Banten. Menurutnya beliau Santri Sunan Bonang yang berjuang sekurun dengan Mbah Mutamakkin, Kajen, Pati dan Mbah Muslim bin Taslim, Sarang, Rembang.

"Beliau ditugaskan Sunan Bonang untuk berdakwah di Bangilan, terutama di Dusun Dopyak," jelasnya.

Lebih lanjut, Ustadz Dardiri menambahkan, Dusun Dopyak sendiri diambil dari nama yang dulunya Dzul Ashfiya'. Karena lugat orang Jawa, dusun tersebut berbuah menjadi Dopyak.

Syekh Ahmad Bin Muhammad Ar Rozi juga mepunyai peninggalan berupa sumur gede. Sumur yang masih digunakan warga untuk keperluan rumah tangga tersebut, tidak pernah kering walau kemarau melanda.

"Haul saat ini adalah bentuk akulturasi budaya, yang dulu bisa dikatakan kelam kami rubah ke arah yang lebih baik tanpa meninggalkan budaya warga setempat," beber pengasuh musala keramat itu.

Terpisah warga setempat, Khoirun Niam menambahkan, kegiatan tahunan ini dilakukan dengan berbagai kegiatan penunjang. Sejak kemarin, Selasa (11/10/2016) pukul 13.00 WIB digelar Khotmil Qur'an Binnadlor yang diikuti 9 desa dan dua lembaga sekolah di Bangilan.

Untuk hari ini, kata Niam sapaan akrabnya, pukul 15.00 WIB acara haul diisi dengan Tahlil Kubro yang diikuti TPQ se-Kecamatan Bangilan dan jemaah Muslimat NU.

"Tadi pagi juga dilakukan Tahtimul Qur'an bil ghoib putra putri yang diikuti warga Bangilan, Singgahan dan Senori," ungkapnya.

Data yang dihimpun blokTuban.com menunjukan, haul tahun ini adalah yang ke XX. Sebelum adanya haul, dulunya di makam keramat (warga menyebutnya) digelar hiburan wayang. Ketika malamnya juga ada berbagai kegiatan yang menunjukan kemaksiatan. Namun, ketika pengasuh Musala keramat yang ada di samping makam itu melakukan beberapa kegiatan positif, kini sudah mulai hilang budaya kelam tersebut.[rof/col]