Sisir Bengawan, Minta 'Nahkoda Perahu' Perhatikan Keselamatan

Reporter: Edy Purnomo

blokTuban.com - Tragedi perahu nahas yang memuat santri dan tenggelam di Bengawan Solo, Kecamatan Widang, masih segar diingatan kita. Selain karena kelebihan muatan yang membuat perahu terbalik, para korban juga tidak mengenakan peralatan keamanan seperti pelampung yang membuat mereka tenggalam.

"Kami tidak ingin kejadian itu terulang, sehingga Polsek Rengel yang wilayahnya juga dilewati aliran Bengawan Solo melakukan sosialisasi keselamatan," jelas Kapolsek Rengel, Ajun Komisaris Polisi (AKP) Musa Bachtiar, kepada blokTuban.com.

Musa menjelaskan, pagi ini, Selasa (11/10/2016), petugas melakukan Patroli Blusukan Kampung. Salah satu titik lokasi himbauan, berada di penyeberangan Bengawan Solo dari Tuban menuju ke Bojonegoro, tepatnya di Dusun Gemblo, Desa Ngadirejo, Kecamatan Rengel.

Petugas mengingatkan kepada 'Nahkoda Perahu', istilah bagi pengemudi perahu penyeberangan sungai (penambangan), atau warga yang memanfaatkan jasa ini agar selalu menjaga keselamatan ketika menyeberang. Mereka diminta tidak mengangkut penumpang yang melebihi kapasitas dan menyediakan peralatan keselamatan seperti ban atau pelampung.

"Program ini untuk menggugah kesadaran masyarakat penyeberang Bengawan Solo dalam penggunaan pelampung. Ini penting untuk keselamatan mereka sendiri agar tragedi korban perahu tenggelam tidak terulang," kata Musa.

Selama ini, menambang atau menyeberang Bengawan Solo menggunakan perahu merupakan transportasi alternatif bagi desa-desa di daerah bantaran untuk menuju desa seberang. Selain murah dengan tarif sekitar Rp2 ribu, juga lebih cepat dibandingkan melintasi jalur darat.

"Kalau menambang dalam 5 menit saya bisa sampai ke desa seberang yang sudah ikut Kabupaten Bojonegoro, tapi kalau lewat darat saya butuh waktu sampai 1 jam untuk sampai ke sana," ujar Sumali, pria yang memanfaatkan penyeberangan di Desa Ngadirejo, Rengel untuk menuju Desa Semambung yang sudah masuk Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro. [pur/rom]