Pastugel dan Lestarinya Budaya Bersepeda

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Sepeda pancal atau sepeda onthel menjadi moda transportasi berkelas pada zamannya. Seiring bergulirnya waktu, mesin motor mulai menggantikan, tak pelak onthel mulai ditinggalkan.

Untuk melestarikan sepeda pancal yang kian termakan arus modernisasi, sekelompok pecinta sepeda onthel  membuat Paguyuban Sepeda Tua Rengel atau kerap disebut Pastugel.

Menurut anggota komunitas itu, budaya bersepeda bukan masalah kelas sosial. Pastugel memiliki pandangan adanya paguyuban ini untuk melestarikan budaya bersepeda.

"Ngonthel (bersepeda) bareng bisa meningkatkan kesehatan," kata Ketua Pastugel, Kukuh Zaenuri kepada blokTuban.com.

Saat blokTuban.com berkesempatan bertandang di sekretariat Pastugel, Kukuh pun mengisahkan bagaimana  perkumpulan pecinta sepeda tua di Kecamatan Rengel itu terbentuk. Saat itu, pembentukan bertempat di rumah salah seorang Penasehat Pastugel, Imam Mukhlas yang berada pada Jalan A. Yani, Gang Laren, Desa/ Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.

Terbentuknya Pastugel tidak terlepas dari nama kelompok tersebut yang terbilang cukup unik. Kala itu, salah seorang pendiri Postugel, Bambang Supodo mengikuti event di Nganjuk. Nahasnya, sewaktu perjalanan pulang, tiba-tiba frame
sepeda yang ia naiki patah atau dalam Bahasa Jawa berarti tugel.

"Akhirnya komunitas ini diberi nama Pastugel dan resmi dibentuk pada 4 Maret 2012," ujar Kukuh menambahkan.

Anggota Pastugel lainnya, Imam Mukhlas tidak kalah antusias mengisahkan awal berdirinya Pastugel hanya terdapat 12 anggota. Namun, seiring berjalannya waktu, memasuki tahun ke empat sejak dibentuknya Pastugel, jumlah anggota meningkat mencapai kurang lebih 80 orang.

"Anggota yang aktif hanya sekitar 30 orang," kata Imam.

Pastugel tidak membatasi kriteria keanggotaan, yakni cukup memiliki sepeda tua. Anggota Pastugel sejauh ini berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan berbagai pekerjaan. Sebab itu, keaktifan anggota disesuaikan ketersediaan waktu masing-masing anggota.

"Anggota Pastugel ada yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), petani, pelajar dan lain-lain," ujar Imam menambahkan.

Menyiasati keterbatasan anggota untuk berkumpul, Pastugel menjadwalkan pertemuan tiap satu bulan sekali dengan cara ngonthel bareng. Saban pukul 06.00 WIB, mereka berkumpul untuk kemudian mengayuh onthel bersama. Dalam kesempatan tersebutlah, antar anggota Pastugel berbagi pengalaman dan pengetahuan seputar sepeda tua.[dwi/col]