Mbah Jenggot dan Mbah Seblok, Suami Istri Santri Sunan Kalijaga

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Sekitar abad ke XV Masehi, sedang terjadi pembangunan sebuah masjid di kerajaan Demak Bintoro (Kabupaten demak). Yang dipelopori oleh Raden Patah dan Sembilan ulama’ jawa yang terkenal dengan sebutan Wali Songo. Pada saat itu, semua wali berkumpul untuk mengadakan rapat pembagian tugas, kecuali Sunan Ampel yang tidak hadir.
 
Seusai rapat, para wali yang lain kembali ke padepokannya masing-masing, kecuali Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Karena beliau berdua adalah pelaksana pembangunan Masjid Demak.
 
Untuk keperluan pembangunan masjid, Sunan Kalijaga menugaskan santrinya yang bernama Mbah Godek/Jenggot untuk mencari alang-alang (ilalang) yang akan digunakan untuk atap masjid Demak, di hutan Jatiwangi yang dikenal dengan hutan Jati Peteng di sebelah barat Kabupaten Tuban.
 
Ketika perjalanan, Mbah Godek sampai di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, ia menemui istrinya yang bernama Mbah Seblok. Mbah seblok selama hidupnya, bertempat tinggal di sebuah hutan belantara yang disebut 'Alas Nggelo' Ngepon Jatirogo.
 
Saat bertemu di tempat tinggalnya, Mbah Godek dan Mbah Seblok berunding untuk berangkat ke hutan Jatiwangi untuk mencari ilalang. Sesampainya di sana, mereka berdua mengeluarkan sabuk (ikat pinggang) untuk mengumpulkan ilalangnya. Dengan karomahnya, seketika itu sabuknya di pukulkan ke sebuah padang rumput ilalalang. Alhasil, semua ilalalang berterbangan dan berkumpul menjadi tumpukan seperti gunung.
 
Sesuai perjanjian awal, Mbah Godek dengan Sunan Kalijaga, bahwasannya bila ilalang sudah terkumpul maka akan diambil oleh para pasukan Demak. Ternyata, sampai ilalang tersebut kering belum juga diambil. Akhirnya, mbah Seblok meminta kepada Mbah Godek untuk membakar ilalang yang sudah mulai mengering. Setelah ilalang hangus terbakar, bergegas Mbah Seblok membungkus abu ilalang tersebut dengan kain hitam untuk dibawa Mbah Godek ke Demak.
 
Sesampainya di Demak, Mbah Godek menghadap Sunan Kalijaga dengan menghaturkan bungkusan abu ilalang yang dipikul dari Tuban tersebut. Saat bertemu dengan Sunan Kalijaga, Mbah Godek ditanya tentang pesanan Sunan Kalijaga yaitu ilalang yang akan digunakan untuk atap Masjid Demak.
 
Sunan kalijaga kaget, lantaran yang diberikan adalah abu dari ilalang yang sudah dibakar, padahal seharusnya yang dipakai atap adalah batang dan daun ilalang yang masih hijau (setengah kering).

"Apa ini, bisa di buat atap masjid, wahai Godek?" tanya Sunan Kalijaga.
 
"Kalau Allah SWT mengizinkan pasti bisa kanjeng sunan," jawab Mbah Godek.

Akhirnya oleh Mbah Godek dibuktikan. Dengan perlahan ikatan kain hitam dibuka, kemudian dilemparkan ke atas Masjid Demak, ternyata bisa dan menjadi sirap (atap). Mbah Godek juga berpesan pada Sunan Kalijaga, apabila terjadi kebocoran pada atap masjid, meminta untuk menambal dengan intip nasi yang kering.
 
Tak hanya itu, Mbah godek juga santri yang diutus Sunan Kalijaga untuk mencari Soko (tiang) Masjid Demak. Dari wilayah hutan Tuban untuk dibawa ke Demak.

Dari situ, maka warga Ngepon meyakini bahwa Mbah Godek dan Mbah Seblok adalah seorang wali, Wallahu a’lam Bisshowab.
 
Saat ini makamnya yang berada di RT.04/RW.01, Desa Ngepon tersebut dijaga oleh seorang juru kunci yang bernama Syahri.

"Hingga kini masyarakat meyakini bahwa Mbah Godek dan Mbah Seblok seorang wali, setiap Jum’at legi pasti ramai dikunjungi oleh peziarah," ungkap Syahri kepada blokTuban.com.
 
Imbuh Syahri, setiap satu tahun sekali masyarakat menggelar haul di makam tersebut. "Untuk Haulnya digelar setiap hari Jum’at Pahing di bulan Rajab," pungkas Juru Kunci makam. [fiq/rom]