Amankah Penderita Hipertensi Berpuasa?

Oleh: Ferawati*

Bulan puasa mewajibkan setiap kaum Muslim yang sudah cukup umur untuk berpuasa. Anak-anak juga mulai belajar untuk tidak makan dan minum setelah sahur sampai berbuka puasa ketika senja tiba. Menjalankan puasa dengan aman tanpa dihambat masalah kesehatan, merupakan dambaan setiap Muslimin dan Muslimah. Tapi, bagaimana dengan penderita hipertensi? Amankah penderita hipertensi menjalankan puasa?

Seperti diketahui, sistem sirkulasi darah kita berpusat di jantung dan diteruskan oleh pembuluh darah ke seluruh bagian tubuh. Tekanan darah adalah hasil pengukuran kerja jantung yang memompa darah serta respon pembuluh darah arteri di seluruh tubuh. Pada pengukuran tekanan darah akan terdapat dua angka yang biasa disebut dengan tekanan sistolik atau angka bilangan dan tekanan diastolik atau angka penyebut.

Tekanan darah dibuat dengan normal akibat regulasi yang baik antara sistem saraf, hormon, fungsi ginjal, serta kondisi jantung dan pembuluh darah itu sendiri. Tekanan darah yang normal adalah sekitar kurang dari 120/80 mmHg. Jika tekanan sistolik lebih dari 120 tapi belum sampai 140 mmHg, akan berisiko terkena hipertensi.

Hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian. Hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya. Sedangkan hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, antara lain, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah, serta ada kalanya karena faktor genetik. Sementara itu jenis hipertensi sekunder dapat diketahui dengan kisaran 5 sampai 10 persen disebabkan oleh penyakit ginjal.

Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositorma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinetrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Stres, obesitas, alkohol, atau garam yang ada pada makanan, juga bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang yang memiliki kepekaan yang diturunkan.

Untuk pengobatan, biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat, seperti Diurelic (Tablet Hydrochlorothiazide) yang merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh lewat urin. Kemudian Beta-blockers, yaitu obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar pengontrolan tekanan darah.

Waspadai Hipertensi

Banyak penderita hipertensi ragu untuk menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan. Tapi sebenarnya, sepanjang penyakit hipertensi itu belum memasuki tahap kronis, penderita bisa saja menjalankan ibadah puasa secara aman, asalkan mengetahui caranya. Pemeriksaan tekanan darah secara teratur salah satu kunci dan mentaati saran medis menjadi solusinya.

Serangan hipertensi dapat terjadi bila tekanan darah naik melebihi batas normal, sehingga menyebabkan kerusakan pembuluh darah di seluruh tubuh. Akan tetapi, yang paling berbahaya adalah jika mengenai darah di organ vital, seperti otak dan jantung yang dapat menyebabkan terjadinya stroke serta serangan jantung yang bisa berujung pada kematian. Pembuluh darah yang paling sering mengalami gangguan adalah di pembuluh darah kecil, seperti pembuluh arteri di mata dan ginjal, saraf-saraf di ujung penglihatan, gagal ginjal, kesemutan, dan impotensi.

Pada prinsipnya, tidak ada masalah bagi penderita hipertensi untuk berpuasa, selama tekanan darahnya terkontrol dan si penderita meminum obat dengan teratur. Obat dapat diminum pada saat sahur dan berbuka puasa, kecuali pada penderita yang mendapat dosis tiga kali per hari dan tekanan darah masih dalam tahap penyesuaian dengan dosis. Penderita hipertensi juga sebaiknya tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung garam (asin). Kandungan potasium/kalium suplements potasium 2-4 gram per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi.

Disarankan juga menghindari makanan yang diawetkan, seperti dalam  kaleng dan cepat saji. Kurangi yang mengandung lemak, mengendalikan berat badan dan banyak mengkonsumsi protein. Jenis makanan berkalsium tinggi juga bisa menurunkan tekanan darah. Seperti yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Walaupun berpuasa, sebaiknya tetap berolahraga ringan minimal 30 menit, seperti jalan kaki atau sekadar menjalankan aktivitas rumah tangga.

Puasa Aman Bagi Penderita Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa tanda terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal tidak selalu). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi, baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai berikut; sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.

Belakangan ini, jamak di masyarakat dijumpai orang dengan hipertensi. Sebagian menganggap enteng penyakit ini, karena gejalanya yang ringan, bahkan tidak jelas. Padahal, penyakit ini disebut dengan “silent killer” karena berpotensi menyebabkan komplikasi yang berat sampai kematian. Salah satu komplikasi beratnya adalah stroke, yaitu gangguan fungsi otak mendadak karena adanya gangguan pembuluh darah. Para ahli mengatakan, bahwa hipertensi yang tidak terkontrol meningkatkan risiko seseorang terkena stroke 4 hingga 6 kali lebih besar. Hal ini dikarenakan hipertensi menyebabkan pengerasan dan penyumbatan pembuluh darah, termasuk pembuluh darah otak. Selain itu, tensi yang tinggi juga dapat menyebabkan kelemahan pembuluh darah otak sehingga lebih mudah pecah.

Mengingat bahayanya penyakit ini apabila tidak dikontrol, selayaknya kita waspada dan berusaha menghindarinya, terlebih lagi bagi seorang yang mengalami tekanan darah tinggi pada beberapa kali pengukuran atau orang dengan riwayat keluarga hipertensi. Untungnya, penyakit ini sebenarnya dapat dicegah, baik kemunculannya maupun progresivitasnya dengan beberapa tindakan sederhana, berupa pengaturan pola makan, menjaga berat badan ideal, dan olahraga. Perubahan gaya hidup ke arah gaya hidup sehat ini, juga merupakan terapi lini pertama pada pasien hipertensi, bahkan cara ini terbukti memiliki efektivitas yang sama dengan penggunaan obat antihipertensi tunggal.

Selain gaya hidup, pengaturan pola makan yang sehat sangatlah perlu dan harus dilakukan. Sebab, makanan cukup dominan dan menjadi salah satu faktor timbulnya hipertensi. Menghindari atau setidaknya mengurangi beberapa jenis makanan tertentu terbukti ampuh untuk mencegah tekanan darah, terutama bagi mereka yang berpuasa. Saat berbuka, biasanya berbagai hidangan telah tersedia dan tanpa kontrol memakannya.

Beberapa jenis kandungan di makanan harus dikonsumsi dengan hati-hati karena efeknya yang buruk pada tekanan darah, sebut saja garam. Kandungan natrium pada garam, sebenarnya merupakan mineral penting bagi tubuh. Normalnya, ginjal akan mengatur kadar natrium yang beredar dalam tubuh, dan membuang kelebihan melalui air seni. Akan tetapi, apabila kadar natrium tubuh terlalu tinggi, ginjal tidak sanggup mengeluarkan seluruhnya sehingga natrium akan beredar di dalam pembuluh darah. Natrium memiliki sifat menarik air ke dalam pembuluh darah, sehingga volume darah meningkat dan terjadilah kenaikan tekanan darah. Sebagian orang sangat sensitif terhadap kenaikan kadar natrium, sehingga cepat menyebabkan tekanan darah tinggi, seperti orang dengan diabetes, atau manula. Orang dengan tekanan darah tinggi, sebaiknya tidak mengkonsumsi garam lebih dari 2300 mg atau sekitar satu sendok teh per hari.

Beberapa jenis makanan yang patut diwaspadai untuk penderita hipertensi saat sahur maupun berbuka puasa diantaranya  acar, mie instan, makanan olahan atau kaleng, produk cepat saji, roti, dan makanan lain dengan jenis kandungan gula tinggi dan berlemak. Namun tidak perlu takut, jika porsi tidak berlebihan, kemungkinan besar masih cukup aman bagi penderita hipertensi. Tetapi lebih lagi dengan menggunakan pola DASH atau Dietary Approaches to Stop Hypertension, yakni pengaturan pola makan dengan banyak mengkonsumsi buah, sayur-sayuran, sereal, biji-bijian, ikan, ayam, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.

Ternyata, untuk menghindari hipertensi tidaklah harus berpantang sebagian besar makanan. Bahkan, beberapa makanan yang cukup lezat masih bisa disantap dalam porsi normal tanpa takut mengalami kenaikan tekanan darah. Memang, diperlukan kesabaran dan ketelatenan untuk mengontrol diri sendiri dalam memilih makanan yang bermanfaat dan tidak mengganggu kesehatan. Yang jelas, diperlukan pula pengetahuan akan bahaya tekanan darah tinggi dan kesadaran untuk menghindarinya. Termasuk jika ingin tetap aman menjalankan ibadah puasa Ramadan, walupun sebelumnya dinyatakan mempunyai riwayat hipertensi. [mad]

*Pengirim: Dosen S1 Ilmu Keperawatan Kampus Ungu, STIKes ICSADA Bojonegoro