Ada Jasad Penyebar Islam di Makam Pemandian Bektiharjo?

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Makam yang berada di lokasi wisata pemandian Bektiharjo yang terletak di Desa Bektiharjo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban selama ini diketahui masyarakat sekitar sebagai makam Janur Wendo. Janur Wendo hanyalah sekedar nama makam, sedangkan jasad yang dikuburkan di dalamnya belum semua orang mengetahui.

Makam Janur Wendo ialah satu-satunya makam yang terdapat di lokasi pemandian Bektiharjo yang dipasang nisan dan berpagar. Tepatya berada di tengah atau pusat lokasi pemandian. Terdapat dua kuburan di dalamnya.

Menurut juru kunci pemandian Bektiharjo, Hartono (62), sebelum ia menjadi juru kunci masyarakat tidak tahu siapa jasad yang bersemayam dalam makam Janur Wendo. Jangankan masyarakat, juru kunci sebelum ia ambil alih tidak ada yang tahu.

Suatu hari dengan meminta bantuan seorang kiai, ia mencoba mencari tahu jasad atas nama siapakah yang bersemayam. Waktu itu, yang tidak disebutkan tanggalnya, hampir tengah malam ia dibantu kiai menggunakan tenaga batin, tampaklah menyerupai sinar. Panjang sinar menunjukkan panjang tubuh jasad.

"Panjang sinar itu ternyata melebihi pagar makam. Kalau pagar makam berkuruan empat kali empat meter persegi, bisa jadi panjang tubuh tersebut kurang lebih lima meter," ungkap mbah Har sapaan akrabnya.

Dari situlah diketahui nama Si Empunya makam yaitu Sultan Rodro Satrio Dua. Ia seorang keturunan Raja Majapahit. Sementara makam satunya, ternyata tidak menunjukkan adanya sinar. Bisa jadi makam tersebut kosong.

Sultan Rodro Satrio Dua tersebut tidak diketahui pasti tahun berapa tiba di Bektiharjo. Menurut Hartono, ia tidak berkehendak melakukan peperangan. Akan tetapi maksud dan tujuan ia adalah untuk menyebarkan agama Islam.

Tujuan Hartono kenapa ia bersikukuh mengetahui siapa yang berada di makam tersebut. Menurut keyakinannya pada waktu mengirim doa untuk seseorang, penyebutan nama harus jelas. Bisa-bisa doa yang ditujukkan tidak sampai kepada yang dimaksud.

"Dulu makam ini memiliki pagar setinggi paha orang dewasa, akan tetapi digunakan masyarakat untuk cangkruk. Hal demikian tidak bisa dibiarkan. Kemudian kini dibangunlah pagar di makam Janur Wendo setinggi dada orang dewasa," kata Hartono menambahkan.[dwi/col]