Sejarah dan Perkembangan Wayang Krucil Asli Tuban

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com – Wayang krucil resmi menjadi kekayaan budaya masyarakat Tuban setelah Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) mengeluarkan surat pencatatan inventarisasi kekayaan intelektual komunal ekspresi dengan nomor Pencatatan EBT35202300034.

Sebagai orang Tuban, tentunya perlu berbangga atas diakuinya wayang krucil sebagai kesenian milik Tuban. Sebagai masyarakat Kabupaten Tuban juga memiliki tugas bagaimana merawat dan menjaga tradisi kesenian ini.

Kali ini, blokTuban.com akan sedikit memperkenalkan bagaimana sejarah dari wayang krucil. Wayang krucil atau juga disebut wayang klithik merupakan sebuah wayang yang terbuat dari kayu yang memiliki tangan terbuat dari kulit hewan seperti sapi atau kerbau. Pegangan atau alat penggerak wayang biasanya terbuat dari kayu juga.

Untuk arti nama wayang krucil ialah dikarenakan wayang yang berukuran relatif kecil kenapa dinamakan krucil atau kecil. Sedangkan klithik didasari dari bahan baku wayang yang terbuat dari kayu menjadikan wayang ketika saling bersentuhan atau benturan  berbunyi klitik-klitik.

Menurut Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan, Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Tuban, Sumardi menerangkan dari cerita tutur berbagai dalang wayang krucil yang ia jumpai ternyata wayang krucil memiliki cerita yang panjang dan evolusi bentuk dari era ke era. 

Ternyata dalam sejarahnya wayang ini, awalnya merupakan sebuah potongan kayu yang ditemukan oleh seseorang dan ketika dilihat bentuknya menyerupai sebuah wayang.

Baca juga:

Sosok Ki Susiyanto, Perajin Wayang & Dalang Kondang Asal Tuban

“Menurut cerita para dalang yang saya temui wayang krucil ini berawal dari seseorang yang menemukan sebuah kayu yang menyerupai bentuk wayang,” ujar Sumardi kepada blokTuban.com, Minggu (5/02/2023).

Setelah dilihat-lihat kayu yang menyerupai wayang tersebut akhirnya diolah menjadi sebuah wayang 2 dimensi dan tidak bisa bergerak, dengan perkembangannya wayang tersebut dikasih tangan dari bambu kecil dan sendi-sendi yang menjadikan tangan tersebut sudah bisa bergerak layaknya wayang saat ini. Setelah itu wayang krucil mengalami sebuah perubahan seperti saat ini yaitu menggunakan tangan dari kulit.

Yang tidak berubah dari wayang krucil yaitu badan dari wayang yang masih menggunakan kayu, dan wayang krucil ini sendiri memiliki ciri khas penceritaan bukan tentang ramayana atau Mahabarata melainkan mengadopsi cerita panji.

“Dalam penceritaan wayang krucil banyak melakonkan kitab siklus panji, tokoh-tokohnya seperti Panji Asmorobangun, Brawijaya, Lembu Amiluhur, Lembu  Amiseno, Bantar Angin, Sekar Taji, Jayabaya sampai majapahit,” tambahnya.

Pria ramah ini juga menambahkan bahwa persebaran wayang ini melalui area pesisir, akan tetapi saat ini peminat dari kesenian wayang krucil didominasi oleh 3 kecamatan yang ada di Tuban seperti Wilayah Kerek, Parengan, Merakurak. Persebaran ini dilandasi dari kultur dan budaya orang di setiap wilayah.

Mengapa saat ini kesenian ini tidak gandrung di wilayah pesisir dikarenakan area pesisir memiliki perkembangan sebuah informasi dan teknologi yang lebih cepat. Hal ini menjadikan mereka lebih suka mencari sebuah hiburan yang lebih gandrung. 

Sedang di beberapa wilayah 3 tadi masyarakat masih tergolong tradisional artinya mereka memang masih suka dengan hiburan yang menceritakan bagaimana seseorang harus bertindak dan berperilaku yang benar, dan semua itu didapatkan dalam pentas wayang krucil. Bisa disimpulkan wayang krucil juga sebagai ajang sinau bareng untuk masyarakat. 

Dalam pementasan sendiri wayang krucil lebih sederhana dibandingkan dengan pementasan wayang kulit dikarenakan cukup membutuhkan Pengrawit 5 orang. 

Disingung lebih dulu mana wayang kulit dan wayang krucil Sumardi mengatakan bahwa lebih tua wayang krucil akan tetapi wayang kulit membawakan cerita yang lebih tua dibandingkan cerita panji dari wayang krucil.

Pria asal Banyuwangi ini berharap dengan didaftarkannya wayang krucil sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) nantinya masyarakat juga turut andil untuk menjaga dan melestarikan dan ini sebagai semangat baru untuk menjaga budaya Tuban. [Nur/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS