Dua dari Enam Desa Devisa Jawa Timur Ada di Tuban

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com - Masyarakat di Kabupaten Tuban harus berbangga diri karena dari enam desa devisa milik Jawa Timur dua diantaranya berada di Tuban. Desa yang dimaksud yaitu, Desa Margorejo dan Desa Kedungrejo Kecamatan Kerek sebagai pusat produksi Batik dan Tenun Gedog.

Enam desa devisa tersebut, diresmikan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa didampingi Chesna F. Anwar Direktur Pelaksana Bidang Hubungan Kelembagaan LPEI awal Oktober 2022. 

Nanik Hari Ningsih, pengrajin batik dan tenun Gedog asal Desa Margorejo mengaku bangga dan bersyukur atas capaian tersebut. Melalui proses kurasi yang dilakukan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) selama beberapa bulan, telah membuat desanya terpilih menjadi Desa Devisa.

“Tim LPEI melihat proses awal sampai akhir dalam kita memproduksi batik tulis dan tenun gedog. Dari tanam kapas sendiri, membuat benang, sampai proses menenun dan membatik,” kata Nanik kepada wartawan di galeri miliknya, Jum’at (18/11).

Nanik yang telah memulai menekuni batik tulis tenun gedog mulai tahun 1998 ini menjelaskan, usaha yang ia jalankan telah menyerap tenaga kerja dari tetangga sekitar. Selain itu, juga memberdayakan para ibu rumah tangga untuk berkreasi di sela waktu luang mereka bertani di sawah.

Tak hanya dari kalangan ibu-bu hingga lansia, bahkan banyak anak muda yang juga bekerja sebagai penenun. Nanik sadar betul, dampak perkembangan usahanya adalah wujud pemberdayaan masyarakat dan telah berdampak pada perekonomian tetangga sekitar. 

“Ada 35 orang pekerja harian tetap dan 60 lebih harian lepas. Hasilnya Lumayan, untuk ibu-ibu agar asap dapur terus mengepul,” ungkapnya.

Selama satu bulan, Melati Mekar Mandiri nama usaha tenun gedog milik Nanik, bisa memproduksi 400 potong gedog polos putih. Selanjutnya, akan disetor ke eksportir untuk pemasaran ke luar negeri. Ia juga banyak menerima pesanan untuk di ekspor ke Negara Sakura Jepang dimana gedog polos dijadikan sebagai bahan dasar kimono disana. 

"Di dalam negeri, biasanya kami memasarkan produk selain di galeri juga melalui pameran di berbagai kota," ceritanya. 

Nanik mengaku, sudah banyak masyarakat yang tau tentang tenun gedog, namun masih butuh eksplorasi untuk jenis fashion yang ditawarkan untuk konsumen. Menurutnya, saat ini para pengrajin sudah adaptif dengan perkembangan fashion, mulai dari motif hingga bentuk karya, sehingga banyak yang tertarik.

Untuk hal tersebut, pelatihan yang diberikan oleh LPEI dan Pemprov Jatim sangat membantu pengembangan pola pikir para pengrajin. 

“Kami dapat pelatihan terkait pemasaran, seperti bagaimana, jenis media apa dan lewat kerjasama seperti apa agar pasar kita lebih meluas,” terang Nanik.

Usai menjadi Desa Devisa, Nanik dan para pengrajin lain berharap, desa kelahirannya bisa berkembang. Selain itu, batik tulis tenun gedog dapat merajai pasar Indonesia hingga manca negara. 

"Dalam dua tahun terakhir merupakan cobaan berat bagi pengrajin, sebab covid-19 membuat pesanan jauh berkurang. Namun, semangat dari semua pihak serta berhasilnya Desa Kedungrejo menjadi Desa Devisa, membuatnya bangkit," pungkasnya. [Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS