Ketika Mantan Bupati nge ’Roasting’ Wakil Bupati

Oleh : Sri Wiyono

blokTuban.com - ‘’Yang saya hormati Pak Wakil Bupati yang wujuduhu ka’adamihi,’’ sontak, salam pembuka yang disampaikan KH Fathul Huda mantan Bupati Tuban dua periode itu membuat sebagian besar hadirin tertawa.

Ruangan bergemuruh oleh tawa berderai sebagian besar hadirin. Istilah yang disampaikan Pak Huda, begitu pria tersebut biasa disapa sangat akrab di kalangan santri. Dalam arena halal bihalal dan pelantikan Pengurus Anak Cabang Ikatan Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PAC IKA PMII) se Kabupate Tuban itu, yang hadir mayoritas adalah santri. 

Atau setidaknya pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren atau madrasah. PMII adalah banomnya Nahdlatul Ulama (NU) yang anggota dan alumninya kental dengan suasana pesantren atau madrasah. Sehingga, istilah ‘wujuduhu ka’adamihi’ sangat familiar.

Untuk menunggu derai tawa hadiri berhenti, Pak Huda sempat berhenti sejenak sebelum melanjutkan pidatonya. Naik ke panggung dengan bersarung hitam corak dan baju koko hijau serta kopiah kain putih, pria yang juga Mustasyar Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Tuban itu memang didaulat untuk memberi wejangan atasnama Mustasyar PCNU Tuban.

Pelantikan digelar di aula lantai empat gedung Lembaga Pendidikan Islam Bina Anak Sholeh (LPI BAS) yang kebetulan dimiliki oleh Fathul Huda.

Maka jadilah waktu untuk memberi wejangan itu sebagian digunakan untuk ‘meroasting’  Wakil Bupati Tuban Riyadi yang kebetulan hadir. Bukan hanya wabup secara pribadi, namun sejumlah kebijakan yang diambil pemkab juga diroasting.

Roasting arti harfiahnya adalah memanggang. Di wikipedia, roasting berasal dari kata ‘roast’ adalah bentuk humor di mana individu tertentu, tamu kehormatan, dijadikan bahan lelucon yang dimaksudkan untuk menghibur audien. Acara semacam itu dimaksudkan untuk menghormati individu tertentu dengan cara yang unik.

Roasting mulai membumi saat acara standup comedy booming di negeri. Padahal, sebelumnya sudah sangat lama Budayawan sekaligus seniman Butet Kartaredjasa populer dengan gaya monolognya. Bahkan, dia sempat dijuluki Raja Monolog, yang praktiknya mirip-mirip standup comedy. 

Bahkan Presiden Jancuker Sujiwo Tejo menyebut Butet dengan ‘cocok kencoco’ yang artinya ‘cocot’ itu sebut dari mulut dalam Bahasa Jawa yang kasar. Sedangkan kencono adalah emas. Jadi cocot kencono adalah orang dengan mulut emas.

Bukan dalam arti sebenarnya, hanya sebuah istilah bahwa dari mulutnya itu bisa muncul dan keluar kata-kata, ucapan, nasehat dan ungkapan-ungkapan yang bernilai.

Lalu apa maksudnya Pak Huda menyebut Pak Wabup Riyadi sebagai wujuduhu ka’adamihi? Istilah yang berarti ‘keberadaaannya sama seperti ketiadaannya’ atau ‘anane podo karo ora onone’. Bahwa keberadaannya sangat tidak ada pengaruhnya. Ada atau tidaknya, tidak berpengaruh sama sekali. Begitulah kira-kita arti dari ungkapan itu.

Istilah ini sering digunakan untuk menyindir, mengolok-olok meski sebagian besar istilah ini digunakan untuk guyon.  Maka hadirin yang faham kata-kata itu langsung tertawa keras.

Sebab, Pak Huda menyindir Pak Wabup yang keberadaannya dalam pemerintahan kurang penting. Bahkan keberadaannya sama dengan ketiadaannya. Tak punya pengaruh dan tak bisa membuat kebijakan.

Dan memang sudah menjadi rahasia umum, bahwa hubungan antara Bupati Tuban Aditya Halindra Faridzky dan Wabup Riyadi sedang ‘tidak akur’. Rumornya, sedang terjadi perang dingin dan tidak harmonis. Meski sering hadir dalam acara yang sama, namun ketidakakuran dua pemimpin itu sudah banyak diketahui khalayak.

Dan peristiwa genjatan senjata antara bupati wakil bupati usai terpilih dalam pilkada sudah tak asing lagi. Selain Tuban, lihat Kabupaten Bojonegoro yang antara bupati dan wakil bupatinya berseberangan secara nyata.

Wakil bupati melaporkan bupati ke polisi. Kalau di Tuban, sampai saat ini masih cukup ‘elegan’ karena belum sampai merambah proses hukum, hehehe.....

Pak Huda dengan suara yang masih agak serak, karena malam sebelum memberi wejangan itu, Pak Huda baru pulang dari umrah terus menyampaikan wejangannya.

‘’Saya hadir karena ada Cak Thoriq di sini. Ini kawan saya, punya cerita panjang dengan Cak Thoriq ini,’’ ungkapnya.

Cak Thoriq yang dia sebuat adalah Thoriqul Haq, Bupati Lumajang yang kebetulan menjadi Ketua Pengurus Wilayah (PW) IKA PMII Jawa Timur. Cak Thoriq juga yang melantik 20 PAC IKA PMII se Kabupaten Tuban.

Pak Huda berangkat dari rumahnya  ke lokasi naik motor. Wejangan yang disampaikan sebagian ‘meroasting’ kebijakan pemkab, dan membandingkan dengan saat kepemimpinanya. 

Salah satu yang diroasting adalah kebijakan mutasi dengan menggeser pejabat ke dalam jabatan yang lebih rendah, tanpa ada kesalahan diperbuat oleh pejabat yang bersangkutan. Bahkan, sebagian di antaranya non job alias tak menjabat lagi. Dari sebelumnya pejabat menjadi staf .   

Wabup Riyadi yang diroasting pun menerima dengan legowo. Pada giliran sambutan selanjutnya, secara tersirat dia mengakui tak punya kewenangan atas kebijakan yang diambil bupati atasnama pemkab.

Pria asal Rengel itu salah satunya menceritakan sebuah  kegiatan kemasyarakatan yang ditolak di pendapa. Suatu saat, lanjut Wabup, ada organisasi para perempuan penghafal Alquran, yang organisasinya resmi dan pelantikannya digelar di pendapa pada masa Bupati Fathul Huda.

Namun, saat organisasi ini ingin menggelar acara di pendapa, ketika Bupati Tuban sudah dijabat Lindra, kegiatan itu ditolak, tak diizinkan digelar di pendapa.

‘’Saat itu hati saya nangis, karena bisa masuk pendapa dan menggunakan sebagai tempat acara adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi masyarakat. Tapi ini malah ditolak,’’ kisah Riyadi.

Dan, menurutnya masih banyak kisah-kisah serupa lainnya yang membuat hatinya menangis.

‘’Mohon maafkan saya jika saat ini masih tidak berdaya untuk hal-hal seperti ini,’’ akunya.

Pengakuan jujur wabup ini sontak membuat suasana riuh oleh tepuk tangan hadirin. Tepuk tangan itu bukan ejekan, apalagi hinaan. Tepuk tangan, roasting, sindiran atau guyonan yang disampaikan justru untuk menyemangati wabup agar semakin baik lagi dalam menjalankan tugasnya.

Terselip juga harapan agar wabup lebih ‘berani’ untuk bersikap atas keadaan yang saat ini terjadi dan dia alami. Terus didorong untuk semangat dan lebih krja keras lagi. Sebab, setiap kinerja yang baik, akan dicatat di dalam hati masyarakat. Wallahu a’lam.[*]