Reporter : Muhammad Nurkholis
blokTuban.com – Menyuarakan sebuah fikiran melalui karya lagu bukanlah hal baru. Di Indonesia, banyak musisi yang menyuarakan fikiran keresahan atas fenomena-fenomena sosial yang ada di masyarakat sekitarnya, Selasa (17/5/2022).
Salah satunya band yang getol menyampaikan kritik sosial ialah Kubu Anjink. Band lokal ini memiliki aliran Hard Grunge, yang mana memikiki unsur punk rock dan heavy metal.
Melansir dari beberapa sumber, grunge kadang-kadang juga disebut sebagai Seattle sound adalah genre dan subkultur rock alternatif yang muncul pada pertengahan 1980-an di negara bagian Washington, Amerika Pasifik Barat Laut.
Genre ini lebih dominan menampilkan suara gitar listrik terdistorsi yang digunakan di kedua genre, meskipun beberapa band tampil dengan lebih menekankan pada satu atau yang lain. Seperti genre ini, grunge biasanya menggunakan gitar listrik, gitar bass, drum dan vokal.
Grunge sendiri juga menggabungkan pengaruh dari band rock indie seperti Sonic Youth. Lirik biasanya penuh kecemasan dan introspektif, sering kali membahas tema-tema seperti keterasingan sosial, keraguan diri, pelecehan, pengabaian, pengkhianatan, isolasi sosial dan emosional, trauma psikologis dan keinginan untuk kebebasan.
Sedangkan Kubu Anjink dengan keunikannya merupakan band yang memiliki prinsip do it yourself tidak begitu mementingkan popularitas.
“Jadi tidak begitu mementingkan popularitas karena bagi kami naik diatas pentas menyuarakan keresahan kami dengan jujur dan turun dengan rasa bangga adalah sebuah pencapaian yang tidak bisa diganti dengan apapun” Ucap Daoest (35) kepada blokTuban.com.
Pria yang juga konsen di dunia pendidikan ini, menambahkan bahwa Kubu Anjink adalah sebuah istilah untuk para pembangkang yang selalu menjadi oposisi dimanapun berada. Terutama melawan kebijakan pemerintah yang tidak membela rakyat.
Sebagaimana dikupas di awal tulisan, lagu-lagu dari band Kubu Anjink bertema tentang kritik-kritik sosial yang ada di masyarakat. Band ini sudah memiliki 5 album seperti menolak bungkam, Tuban underground, Serendengan Grunge Jakarta, Solo freak, dan SROM 6 yang rilis di tahun 2007.
Band yang beranggotakan 3 orang ini, Daoest Ka mengisi Vocal / guitar, Cuman Aciel ada di Drum dan Aan tonem / Sigit Han di Bass. Cara band ini mempromosikan karyanya dengan mengirimkan lagu ke radio kota maupun luar kota. Sekaligus mengikuti beberapa event yang ada.
Harapan pria asal Solo ini mengikuti event, supaya membuka jaringan dan persaudaraan yang baru dengan begitu bukan hanya personal yang dikenal tetapi juga band Kubu Anjink. Di mana pada akhirnya saling tukar karya baik lagu maupun album atau merch.
"Yang tak kalah pentingnya adalah bertukar wawasan. Bagi yang ingin mengetahui lebih lanjut tentang band ini bisa mengikuti Fanspage Facebook di Angkringan Kubu Anjink," tutup pria yang gemar mencecap kopi pahit itu. [Nur/Ali]