Tangan Kreatif Juariyah, Ubah Limbah Kelapa Jadi Sapu Sabut

Reporter: S.Y. Lailatul Erlina N.R.

blokTuban.com - Limbah kulit kelapa yang sering kali terbuang sia-sia, tetapi berbeda jika berada ditangan orang yang terampil tentunya akan menjadi bermanfaat untuk lingkungan dan memiliki nilai ekonomis.

Juariyah (53) seorang pengrajin sapu di Desa Saringembat, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban, memanfaatkan kulit kelapa yang telah kering untuk dijadikan sapu sabut. 

“Sebenarnya kulit kelapa jika diolah menjadi sabut memiliki banyak manfaat. Bisa dijadikan sapu, keset, tali. Tapi saya hanya buat sapu saja,” ucap Juariyah (53) kepada blokTuban.com, Selasa (26/4/2022).

Kerajinan sapu sabut kelapa sudah dimulai Juariyah (53) sejak tahun 1985. Pada mulanya ketika membeli sapu sabut di pasar. Setelah ia melihat bertuknya yang terkesan mudah untuk dibuat, maka kerangka sapu yang telah dibeli diurai agar tau seperti apa cara pembuatannya. 

Setelah berhasil, dia akhirnya rajin membuat dan menjual sapu sepat miliknya. Adapun bahan yang digunakan cukup simpel, yaitu kulit kelapa, tali, paku, dan bambu. 

Cara agar kulit kelapa menjadi sabut, bisa dengan dipukul hingga merata di semua bagian. Satu kulit kelapa dapat dijadikan satu sapu sabut yang dijual seharga tiga ribu rupiah.

“Saya beli kulit kelapa kering itu langsung banyak dari Desa Rayung, Kecamatan Senori. Biasanya berisi satu mobil pick up seharga tiga ratus ribu rupiah. Karena satu sapu cuma butuh satu kulit kelapa, jadinya kulit kelapa satu mobil pick up bisa dijadikan empat ratus biji sapu,” imbuhnya.

Sapu sabut kelapa miliknya biasa dipesan oleh beberapa toko dilingkungannya dan juga dipasarkan di beberapa pasar kecamatan. Seperti pasar Singgahan, Senori, dan Bangilan. Hasil yang didapat cukup dibuat uang belanja sehari-hari.

Minat pembeli sapu sabut kelapa menurutnya, tak seramai dahulu karena bersaing dengan produk plastik yang sudah dikemas dengan cantik. Sapu sabut kelapa diminati oleh pembeli dilingkungan pedesaan yang keadaan rumahnya masih berlantaikan tanah. 

Banyaknya rumah yang lantainya sudah di keramik lebih memilih sapu plastik. Namun, sebagai produk lokal dan harganya yang sangat ramah di kantong, sapu sabut kelapa miliknya tetap dipertahankan. [Lina/Ali]