Melihat Eksistensi Mbah Sunti, Pengrajin Anyaman Bambu di Tengah Zaman Plastik

Reporter: Siti Yuhani Lailatul Erlina Nur Rahmawati

blokTuban.com - Anyaman merupakan produk lokal hasil kerajinan tangan yang wajib dilestarikan. Menganyam bisa menggunakan bambu, pandan, maupun plastik. Pada umumnya di Kabupaten Tuban anyaman yang sering dijumpai adalah anyaman bambu. 

Bambu sendiri menjadi hasil alam yang sering kali dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam hal seni. Hasil dari anyaman bambu dapat menciptakan bermacam-macam barang yang sering dijumpai di lingkungan sekitar. 

Di Dusun Kwasen, Desa Kumpulrejo, Kecamatan Bangilan, Tuban misalnya terdapat anyaman bambu hasil kerajinan dari Mbah Sunti yang telah menekuni dari usia muda hingga senja.

Mbah Sunti yang sudah berusia sekitar 67 tahun, mengatakan saat usianya muda dilingkungannya banyak yang membuat anyaman dari bambu. Namun, saat ini sudah mulai sulit dijumpai. 

“Membuat anyaman bambu hanya dibuat aktifitas sampingan saja, karena keuntungan dari pembuatan anyaman bambu hanya sedikit. Lumayan sebenarnya digunakan tambahan pemasukan uang belanja sehari-hari,” terang Mbah Sunti kepada blokTuban.com, Senin (11/4/2022).

Anyaman bambu yang biasanya dibuat oleh Mbah Sunti berupa kukusan, besek, kalo, dan tumbu. Perbiji biasanya dijual seharga tiga ribu rupiah berukuran kecil dan lima ribu rupiah untuk ukuran yang agak besar.

Agar lebih ringan tidak menguras waktu dan tenaga, Mbah Sunti biasanya dibantu oleh suaminya ketika membuat anyaman.

Dusun Kwasen yang terletak di daerah pegunungan menjadi keuntungan tersendiri bagi Mbah Sunti. Sebab, di dalam hutan ada banyak pohon bambu yang tinggal memotongnya untuk bahan anyaman. 

Untuk pemasaran biasanya Mbah Sunti menjualnya ke Pasar Singgahan, Jojogan, Senori, dan Bangilan. Pada peringatan bulan Suro, biasanya tumbu lebih banyak diburu oleh pembeli. 

"Sehingga menghasilkan omset hingga ratusan ribu rupiah," tutupnya. [Lina/Ali]