Kasus Kanker Payudara dan Leher Rahim Terbanyak Terjadi di Indonesia

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Kanker masih menjadi masalah kesehatan yang serius, tidak hanya pada skala nasional, melainkan global karena menjadi penyebab kematian paling banyak kedua di dunia. Menurut data kasus mortalitas kanker di setiap tahunnya, jumlah kematian akibat kanker masih mencapai kurang lebih 10 juta jiwa dan 70% nya terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia.

Peringatan hari kanker sedunia jatuh pada tanggal (4/2/2022) setiap tahunya. Pada tahun ini, tema yang diusung dalam peringatan hari kanker sedunia adalah ‘Close the Care Gap’. Tema tersebut diharapkan mampu menutup kesenjangan akses pada perawatan kanker.

Dilansir dari laman World Cancer Day, maksud dari tema close the care gap adalah untuk memahami dan mengakui bahwa adanya ketidakadilan atau kesenjangan dalam perawatan kanker di seluruh dunia.

Kanker di Indonesia yang paling banyak adalah kanker payudara dan kanker leher rahim (serviks), menurut data angka kejadian kanker payudara di tahun 2020 mencapai 65.800 kasus dan kanker serviks mencapai angka 34.700 kasus.

“Angka kejadian tersebut tentunya masih terbilang tinggi,” ujar Direktur Jendral P2P Kementerian Kesehatan, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM, MARS dalam temu media peringatan Hari Kanker Sedunia.

Dalam upaya transformasi kesehatan, terkhusus pada pelayanan primer, deteksi dini bagi penyakit tidak menular, salah satunya kanker menjadi perhatian yang sangat penting. “Selain penguatan dalam pelayanan primer tersebut, juga penting pula transformasi terkait rujukan rumah sakit untuk penanganan kanker yang memang akan dipetakan di beberapa regional agar tidak terpusat di Jakarta,” terangnya.

Ia melanjutkan bahwasanya, sejauh ini hanya ada beberapa rumah sakit rujukan untuk pengobatan kanker yang mana antreannya masih panjang. Kurang lebih mencapai 1-2 tahun untuk mendapatkan pengobatan, seperti radioterapi.

“Pasien sudah meninggal baru dapat kesempatan. Nah, ini tentu tidak boleh terjadi lagi. Kita harus merata untuk pelayanan pengobatan kanker, baik kemoterapi, radioterapi, ataupun yang sementara ini dilakukan melalui monoterapi, pengembangan penanganan kanker ke depan,” lanjutnya.

Dirjen P2P Kemenkes RI tersebut juga mengungkapkan, tema hari kanker sedunia tahun 2022 ini sangat strategis karena gap dalam pelayanan kanker ini memang harus dihilangkan. “Tapi yang paling penting, menurut saya kita juga perlu melakukan deteksi dini di awal dan pencegahan dengan menghilangkan faktor-faktor risiko kanker,” jelasnya.

Dengan luasnya Indonesia, tentunya banyak perbedaan yang terjadi, seperti keadaan geografis, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, serta ketersediaan fasilitas layanan kesehatan yang bervariasi. Hal tersebut tentunya menjad tantangan tersendiri. 

“Mudah-mudahan dalam waktu tiga tahun ke depan, kita bisa mengikis kesenjangan-kesenjangan itu,” tutupnya. [Din/Ali]