Deteksi Dini Kanker Diharapkan Turunkan Mortalitas Akibat Kanker

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com- Hari Kanker Sedunia (World Cancer Day) diperingati pada tanggal 4 Februari di setiap tahunnya. Sampai saat ini kanker masih menjadi penyakit tidak menular penyebab kematian tertinggi nomor dua di dunia.

International Agency Riset Cancer (IARC) memperkirakan di tahun 2040 akan muncul 29,5 juta kasus baru kanker dan 16,3 juta kematian akibat kanker. dr. Elvieda Sariwati, M.Epid mengungkapkan dalam temu media peringatan hari kanker sedunia (4/2/2022) bahwa kanker adalah masalah bersama yang perlu mendapatkan perhatian serius baik secara global maupun nasional.

“Dari data IARC tersebut memang diperkirakan akan terus terjadi peningkatan angka kasus kanker. Dikatakan pula bahwa setiap 1,1 detik terdapat satu orang terdiagnosis kanker dan setiap 2 detik terdapat satu orang meninggal karena kanker,” jelasnya dalam webinar, Jumat (4/2/2022).

Berdasarkan data Global Observatory Cancer (GLOBOCAN), jumlah kasus baru kanker paling banyak adalah kanker payudara dan kanker leher Rahim (kanker serviks). 70% kasus kanker di Indonesia yang telah terdeteksi sudah di tahap lanjut, sehingga bisa meningkatkan angka kasus kematian.

“Permasalahannya memang di sini, apabila kita dapat mendeteksi kanker di tahap awal (deteksi dini) angka kematian kemungkinan bisa menurun dan ditanggulangi,” jelas Plt. Direktur P2PTM tersebut.

Ia melanjutkan, sebenarnya 43% kematian akibat kanker bisa dicegah apabila masyarakat bisa menghindari faktor risiko dan melakukan deteksi dini secara berkala. Dikarenakan angka kasus kanker tertinggi adalah kanker payudara dan serviks, maka untuk menanggulangi hal tersebut terdapat tiga pilar pencegahan.

“Bukan berarti kanker yang lain tidak kita tangani, tapi karena kanker payudara dan serviks memiliki angka yang cukup tinggi maka fokus penanggulangan diprioritaskan pada kedua kanker tersebut,” ungkapnya.

Tiga pilar dalam strategi nasional penanggulangan kanker payudara antara lain, promosi kesehatan, deteksi dini, dan tata laksana kasus. Dalam tiga pilar tersebut, diharapkan 80% perempuan di Indonesia pada rentang usia 30-50 tahun dapat dideteksi dini kanker payudara, sebab pada rentang umur tersebut salah satu faktor risiko penyebab kanker payudara. Kemudian, 40% kasus diharapkan dapat didiagnosis pada stage I dan II, dan paling lambat dalam 90 hari setelah diagnosis penderita kanker payudara sudah mendapatkan pengobatan.

Sementara untuk kanker serviks, ketiga pilar tersebut hampir sama bedanya untuk pencegahan kanker serviks terdapat satu instrument perlindungan khusus, yakni dengan imunisasi Human Papilloma Virus (HPV). 

“Kita berharap di tahun 2024 nanti 100% program imunisasi HPV dapat dilaksanakan karena ini salah satu upaya untuk mencegah kanker leher rahim. Diantara sekian banyak kanker, memang baru ini yang cara pencegahannya melalui imunisasi,” jelasnya.

Deteksi dini bertujuan untuk menemukan faktor risiko dan kanker lebih awal sehingga menyasar pada orang-orang berisiko. Pada kasus kanker payudara dan serviks, deteksi dini dapat dilakukan melalui SADANIS (periksa payudara klinis) dan test IVA. 

"Setiap perempuan usia 30-50 tahun diharapkan bisa melakukan pemeriksaan ini minimal tiga tahun sekali," ujarnya. [Din/Ali]