Komunitas Wayang Suket Indonesia Hadir Lestarikan Warisan Budaya, Pendirinya Pemuda Tuban

Reporter: Dina Zahrotul Aisyi

blokTuban.com - Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Salah satu budayanya yang diakui oleh UNESCO adalah wayang. Sebagian orang mungkin sudah tidak asing dengan pertunjukan wayang kulit ataupun wayang golek, namun ternyata ada pula jenis wayang yang terbuat dari rumput atau dikenal dengan sebutan wayang suket.

Wayang suket sendiri dahulu digunakan sebagai mainan tradisional anak-anak. Sebagai warisan budaya, akan sangat sayang apabila wayang suket tidak dilestarikan, terlebih jika nantinya budaya tersebut diakui sebagai budaya dari negara lain.

Mengingat saat ini banyak sekali masyarakat, terutama generasi-generasi muda yang belum mengenal atau mengetahui apa itu wayang suket.

Gaga Rizky, Founder Komunitas Wayang Suket Indonesia menceritakan perjalanannya dalam upaya untuk melestarikan budaya wayang suket. Pemuda asal Tuban tersebut pada mulanya membentuk komunitas Wayang Suket Indonesia saat berada di Kota Surakarta, tempatnya merantau semasa mengenyam bangku kuliah di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS).

Berangkat dari hobinya membuat kerajinan (crafting), pemuda yang saat ini tinggal di Dusun Semanding Barat, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban tersebut mendapat tawaran untuk membuat souvenir berupa wayang suket saat di Solo, Jawa Tengah. Kemudian, dari situlah ia melihat bahwa wayang suket ini bisa menjadi peluang bisnis yang menarik.  

“Dulu setelah dapat banyak pesanan dari berbagai pihak, akhirnya memberanikan diri ikut pameran-pameran, terus kalau ada pementasan juga sekalian jualan,” ungkapnya pada Sabtu (11/12/2021).

Ia melanjutkan, di suatu pameran ada sebuah kejadian yang menurutnya menarik hingga akhirnya mengubah segalanya. Gaga bercerita bahwa ada seorang anak kecil, kisaran umur 6 tahun yang bertanya kepadanya tentang apa yang sedang dijual.

“Dia tanya ke saya, opo iku mas? Suket kok mbok dol. Dia sama sekali nggak tahu apa itu wayang suket ternyata,” ujarnya.  

Dari kejadian tersebut, pemuda 31 tahun tersebut mulai berpikir bahwasanya akan menjadi bahaya apabila anak-anak jaman sekarang tidak mengetahui warisan budaya, padahal wayang suket merupakan karya yang memiliki sisi keunikan dan merupakan heritage culture.

“Wayang suket ini juga mengangkat sebuah kearifan lokal kan, kalau seumpama punah kan sayang, apalagi kalau sampai diakui negara tetangga,” jelasnya.

Kejadian di akhir tahun 2017 tersebut menjadikan Gaga memiliki planning untuk berhenti megkomersilkan wayang suket dan membentuk komunitas untuk melestarikan budaya tersebut. Pada tahun 2018, tepatnya di tanggal 25 Januari, komunitas Wayang Suket Indonesia akhirnya berdiri.

Komunitas yang mengusung empat aktivitas utama yakni, kegiatan pementasan, pengenalan dan workshop pembuatan wayang suket, pameran, serta aktivitas sosial tersebut memiliki visi untuk memperkenalkan kembali dan melestarikan wayang suket.

“Kita ingin orang-orang tahu, oh ternyata ada toh wayang suket. Jangankan anak-anak yang muda, bahkan di generasi yang sebenarnya di jaman mereka mainan wayang suket, ada juga yang tidak tahu,” ungkapnya.

Ia melanjutkan, pada tanggal 8 Desember kemarin Wayang Suket Indonesia mengadakan workshop pengenalan dan pembuatan wayang suket di pekarangan depan rumah art and collective space yang sasarannya adalah anak-anak SMA di Tuban.  

“Kemarin ada anak 8, dari SMAN 1. Besok rencananya mau workshop juga di CFD,” jelasnya.

Pada awal mula membuat komunitas tersebut, Gaga bercerita bahwa hampir 80% timnya berasal dari orang luar (bule). “Dulu itu ngajak anak-anak Indonesia tapi nggak jalan-jalan, akhirnya ngajak temen-temen luar yang malah mereka tertarik dan akhhirnya kita bikin pementasan pertama kalinya,” ujarnya.

Dari pementasan pertama itulah akhirnya banyak yang tertarik dan ingin bergabung dengan komunitas Wayang Suket Indonesia. “Bahkan di pementasan kami terakhir kemarin, full tim orang Indonesia. Kaya ada rasa bangga gitu lo akhirnya,” pungkasnya. [din/sas]