Sabet Juara 1 Putri MTQ Cabang KTIQ, Yayuk Kafilah Asal Tuban Ingin Ziarah ke Tanah Suci

Reporter : Ali Imron

blokTuban.com – Yayuk Siti Khotijah kembali bersinar di Lomba Musabaqoh Tilawatil Alquran (MTQ) Tingkat Provinsi Jawa Timur XXIX Tahun 2021 di Kabupaten Pamekasan. Kafilah asal Ponpes Modern Al Muhibbin Kecamatan Jatirogo tersebut menyabut juara 1 putri cabang Karya Tulis Ilmiah al-Quran (KTIQ).

Kepada blokTuban.com, Yayuk bercerita sebelum lomba ia menyiapkan materi makalah ilmiah yang nantinya akan diketik ulang di lokasi lomba. Dua tema KTIQ tahun ini yaitu Al-Quran dan tantangan era disrupsi serta wabah dalam pandangan Islam

“Kita mempersiapkan dua makalah dengan dua tema yang telah ditentukan tersebut. Untuk kemudian diundi mana yang keluar untuk digunakan dalam babak penyisihan dan semifinal,” ungkap Yayuk yang sebelumnya menjadi juara umum Duta Santri Nasional (DSN) tahun 2021.

Babak penyisihan lomba MTQ, lanjut Yayuk diikuti 45 peserta dari seluruh kabupaten dan kota di Jawa Timur. Tema di babak penyisihan diundi pada malam hari sebelum acara lomba esok harinya. Hasil yang keluar untuk tema penyisihan adalah tema pertama yakni Al-Quran dan tantangan era Disrupsi. Adapun sistematika lombanya adalah peserta disuruh menuliskan ulang makalah yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan diberi durasi waktu pengetikan selama 9 jam, dimulai pukul 08.00 - 17.00 Wib.

Setelah babak penyisihan, kemudian masuk babak semifinal yang diikuti oleh 12 peserta (enam putra, enam putri) yang kemudian menuliskan makalah tema yang kdua, yaitu: Wabah dalam Pandangan Islam. Sistematika lomba masih sama dengan babak penyisihan, hanya saja waktu pengetikan dikurangi menjadi hanya 8 jam, yaitu pukul 08.00 - 16.00 Wib.

Setelah semifinal, akan diambil enam peserta (tiga putra, tiga putri) yang kemudian akan lanjut ke babak final. Dalam babak final peserta disuruh untuk mempresentasikan makalah semifinalnya dengan durasi penyampaian presentasi selama tujuh menit, kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab oleh tujuh orang dewan hakim selama 15 menit.

“Penilaian akhir dilakukan dengan cara mengakumulasi nilai makalah pada semifinal dan juga nilai performa saat final,” imbuh guru MA Plus Al Muhibbin sejak 2015 itu.

Founder sekaligus editor Lentera di Almuhibbin menambahkan, berbagai recanana kedepannya telah disiapkan. Diantaranya ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang Pascasarjana, kembali berkiprah melanjutkan program lanjutan dari Duta Santri, kemudian persiapan kembali untuk seleksi dalam MTQ Nasional tahun depan di Kalimantan.

“Satu lagi harapan saya, jika pada MTQ XXVIII di Tuban kemarin para pemenang diberi reward umroh oleh Bupati, maka saya harap tahun ini juga demikian. Sehingga cita-cita ziarah ke tanah suci kami dapat tercapai,” harapnya.

Soal sosok insipirasi atau panutan, Yayuk mengungkapkan sudah barang tentu adalah kedua orang tua, juga guru yakni Ustadzah Nuzulir Rohmah, S.Sa. M.H. (Pengasuh PPM. 4 Bahasa Al Muhibbin Jatirogo Tuban). Pengalaman berharga yang diperoleh diantaranya disiplin menghargai waktu dan tidak pernah lelah untuk belajar dan berjuang.

“Jadi malu rasanya jika saya yang masih muda ini cepat merasa lelah hanya karena beberapa kesibukan yang tidak seberapa jika dibandingkan dengan mereka para senior kita. Beliau yang sudah tua saja masih kuat berjuang kenapa kita yang masih muda sudah gampang mengeluh? Itulah yang menjadi salah satu pecutan bagi saya, bahwa selagi masih muda, masih diberi fisik yang kuat, maka kita harus banyak belajar, menggali ilmu dan menorehkan prestasi,” tutup Author di Jurnal Asy Syari’ah UIN SGD Bandung. [ali/sas]