Kemah di Bukit Glodakan, Alternatif Wisata Malam di Tuban

Reporter: Ali Imron

blokTuban.com – Camping atau berkemah telah menjadi pilihan di akhir pekan, bagi sebagian orang yang jenuh dengan rutinitasnya. Bagi sebagian lainnya kegiatan tersebut juga dapat mempererat pertemanan atau meningkatkan kecocokan dengan sahabat.

Ketika berkemah, kerja sama tim dibutuhkan mulai dari menyiapkan bekal hingga mendirikan tenda. Kendati demikian, ada yang berpikiran kemah di alam terbuka kadang merepotkan sehingga niat untuk kemah selalu tertunda.

Di Kabupaten Tuban ada satu kawasan kemah yang lokasinya tidak jauh dari kota. Namanya Bukit Glodakan ada di Desa Trantang, Kecamatan Kerek. Jika ditempuh dari pusat Kota, Bukit Glodakan berjarak 30 Kilometer dari Patung Letda Soecipto.

Kurang lebih 47 menit dengan motor, dan 50 menit dengan mobil saat lalu lintas normal. Waktu tempuh tersebut akan sedikit lebih lama jika sambil menikmati hamparan sawah luas dan rumah warga selama perjalanan.

Meski belum begitu populer, berkemah di Bukit Glodakan saat malam hari, tapi pada sabtu malam minggu tanggal 5 Juni 2021, ada empat kelompok yang mendirikan tenda di atas bukit setinggi 128 MDPL itu.

“Kemah pertama di Bukit Glodakan sangat terkesan. Selain jaraknya dekat dengan kota, saat senja juga bisa melihat latihan atlet Paralayang Tuban,” kata Maulan salah satu yang sedang kemah dengan komunitasnya kepada reporter blokTuban.com, Minggu (6/6/2021).

Pria yang berdomisili di Kelurahan Karang, Semanding itu berangkat kemah di Bukit Glodakan naik motor mulai pukul 16.00 WIB dan tiba di lokasi tepat matahari sebelum tenggelam. Sehingga masih bisa menangkap pemandangan sunset dengan lensanya.

Saat malam tiba, dua lampu penerangan tenaga surya yang terpasang di kanan kiri bukit menyala dan menerangi area. Di satu sisi penerangan ini membantu karena yang sedang kemah tidak perlu mengeluarkan penerangannya. Tapi jika ingin suasana berbeda, komunitas bisa memilih sisi lain bukit yang menjauhi kedua lampu tersebut.

Meskipun ada dua lampu penerangan, tak sedikit pun mengurangi keindahan Tuban barat saat malam hari. Gemerlap lampu kampung warga Kecamatan Kerek dan Tambakboyo serta pabrik semen bagaikan gugusan ratusan bintang di langit.

“Suasananya saat malam hari tak kalah dengan kota lain, anginnya tidak begitu kencang dan pemandangannya memanjakan mata,” timpal Fahri teman Maulan.

Semakin malam, suasananya di atas bukit semakin ramai. Ada yang bermain gitar sambil bernyanyi, ataupun membuat perapian untuk menyiapkan makan malam dan kopi. Bercerita sambil bercanda ria juga terus berjalan hingga kantuk tiba.

Bagi yang membawa kendaraan motor ada dua pilihan, dapat diparkir di bawah tangga bukit atau dinaikkan ke atas. Sedangkan untuk kendaraan roda empat bisa diparkir di bawah, dan keamanannya cukup terjamin.

Camping semalam semakin lengkap saat bangun pagi dengan melihat sunrise atau matahari terbit. Pemandangan ini menjadi bonus terakhir sebelum berkemas pulang.

“Jangan lupa setelah berkemas, sampah harus dibakar atau dibawa turun dan dibuang di tempatnya,” kata pemuda asal Lamongan tersebut.

Bagi Fahri kemah di atas Bukit Glodakan memiliki sensasi tersendri. Meskipun area kemah di malam hari merupakan tempat latihan paralayang, namun ini menjadi peluang bagi pemangku kebijakan untuk mengelola lokasi ini menjadi kawasan wisata malam di Tuban dengan tambahan fasilitas toilet dan lainnya. [ali/col]