Reporter: --
blokTuban.com - Muntah merupakan terjadinya pengeluaran kembali sebagian atau seluruh isi lambung, yang terjadi setelah makanan agak lama masuk ke dalam lambung. Muntah sering ditemui pada bayi dan balita dan dapat b biasa disebut gastroenteritis, dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan parasit. Selain muntah, infeksi pada saluran pencernaan ini juga dapat mengakibatkan diare.
Gastroenteritis merupakan penyebab muntah yang paling sering terjadi pada anak. Pada kasus gastroenteritis, muntah-muntah biasanya akan berlangsung selama beberapa hari.Keracunan makanan: jika anak Anda tidak sengaja menelan sesuatu yang bersifat racun, atau memakan makanan yang sudah buruk kualitasnya, maka tidak menutup kemungkinan terjadinya keracunan makanan yang dapat menyebabkan demam serta muntah.
Alergi makanan: sesaat setelah mengonsumsi makanan yang menimbulkan alergi, anak dapat mengalami gejala seperti mual, muntah, hingga sakit di bagian perut.Infeksi dan penyakit lain: adanya infeksi di bagian lain seperti infeksi telinga dan infeksi saluran kemih, terjangkit flu, hingga pneumonia dan meningitis juga dapat memicu terjadinya muntah pada anak.
Kecemasan berlebih dan stress: muntah tidak hanya dapat dipicu oleh faktor fisik saja melainkan juga oleh faktor psikologis. Kecemasan yang berlebihan misalnya saat anak Anda menghadapi hari pertama sekolah, atau ketakutan berlebihan pada sesuatu juga dapat memicu muntah pada anak.
Muntah atau regurgitasi?
Muntah dapat dibedakan dari regurgitasi, atau yang biasa kita kenal dengan sebutan gumoh, dan sering terjadi pada anak usia 4-6 bulan karena kerja sistem pencernaan yang belum sempurna. Regurgitasi merupakan keadaan di mana anak mengeluarkan kembali sedikit makanan atau susu yang baru saja diminumnya. Regurgitasi bersifat pasif, artinya tidak membutuhkan usaha dan paksaan dari anak. Ini berbeda dengan muntah yang terjadi secara aktif dimana terjadi paksaan untuk mengosongkan isi lambung.
Regurgitasi dapat terjadi karena anak terlalu kenyang, posisi anak yang kurang tepat saat menyusui, udara yang ikut masuk saat menyusu, serta terburu-buru saat menghisap susu. Namun jika regurgitasi terjadi lebih dari empat kali sehari dan tidak hanya sesaat setelah makan tetapi juga terjadi saat tidur, maka hal tersebut perlu diperhatikan.
Muntah yang normal
Meski menimbulkan kepanikan, sebenarnya sebagian besar penyebab muntah pada anak cenderung tidak berbahaya. Misalnya bayi yang baru lahir akan sering muntah di minggu-minggu pertama karena ia masih membiasakan diri dengan makanan yang masuk. Menangis dan batuk yang berlebihan juga dapat memicu refleks muntah. Anak Anda juga mungkin sedang membiasakan diri dengan porsi makannya yang baru, sehingga bisa kemudian muntah karena terlalu kenyang.
Lalu keadaan seperti apa yang menandakan bahwa sebenarnya keadaan anak Anda tergolong normal?
Anak Anda tidak demam tinggiAnak Anda masih mau makan dan minumAnak masih bisa bermain, tidak rewel berlebihanAnak masih responsifGejala dan efek muntah mereda setelah 6-24 jamTidak ada darah dan cairan empedu (biasanya berwarna kehijauan) pada muntahan anak Anda
Lalu bagaimana muntah yang harus diwaspadai?
Meski kebanyakan muntah adalah normal, Anda tetap harus waspada dan memperhatikan setiap anak muntah, karena jika diiringi beberapa gejala berikut ini, artinya mungkin ada masalah lain yang lebih serius.
Anak lemas dan tidak responsifKulit menjadi pucat dan dinginAnak kehilangan nafsu makan dan menolak makan timbul gejala dehidrasi seperti mulut kering, menangis tapi tidak mengeluarkan air mata, dan buang air kecil tidak sesering biasanyaMuntah lebih dari tiga kali dalam 24 jam atau berlangsung selama lebih dari tiga hari dan disertai demam, muntah dan diare secara bersamaanSakit pada perut yang tidak tertahankan serta muncul pembengkakan pada perut ada substansi darah atau cairan empedu pada muntahannya. Nafas menjadi pendek-pendek
Jika keadaan seperti di atas muncul, Anda harus mempertimbangkan memeriksakan anak Anda ke dokter. [lis]
Sumber: hallosehat.com