Reporter : Ali Imron
blokTuban.com - Masih dalam momentum Dirgahayu Republik Indonesia (RI) ke-74, puluhan pelajar SMP dan SMA Muhammadiyah 1 Kabupaten Tuban menggelar aksi damai di depan Alun-alun setempat, Rabu (21/8/2019).
Mereka membawa pesan persatuan dan kedamaian dari Tuban dan Jawa Timur, kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pesan yang tertulis di banner sangat jelas, bahwa apapun agama, budaya, suku, bahasa, kita tetap Indonesia.
Fadhiyatul Ummah selaku Ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah di SMA Muhammadiyah 1 Tuban menegaskan, kami hari ini aksi damai hanya untuk menyampaikan pesan damai. Janganlah memandang dari suku, budaya, atau warna kulit. "Kita adalah Indonesia," pekiknya.
Gadis berkacamata itu, mengajak semua untuk saling tolong menolong sesama Indonesia, karena kemajuan sebuah bangsa adalah terletak pada masyarakatnya.
"Tadi kami juga berbagi bunga mawar kepada petugas polisi. Di mana bunga kami anggap simbol kedamaian, dan bangsa Indonesia tidak mudah dipecahbelahkan dengan cara apapun," tegasnya.
Ditegaskan oleh guru pendamping, Abdul Majid Tamum. Pesan ini penting, mengingat belakangan ini bangsa Indonesia sedang menghadapi persoalan adu domba.
"Selain adu domba, juga banyaknya konsumsi informasi hoaks, dan tidak mau konfirmasi kebenaran berita, maka yang terjadi jadi saling curiga," terangnya.
Berlatar belakang itulah, muncul inisiatif dari pelajar Muhammadiyah untuk memberi pesan damai untuk masyarakat Kabupaten Tuban khususnya dan Indonesia umumnya.
Setidaknya ada enam pesan, diawali Indonesia kembali bersatu dalam kedamaian seperti semula. Meminta masyarakat menahan diri dan tidak mudah terpancing dan terprovokasi suatu isu tertentu. Berharap kita tidak serta merta dan mudah terpancing dan terprovokasi suatu isu tertentu.
Lainnya, meminta masyarakat mengedepankan ketertiban dan perdamaian bangsa. Menghimbau masyarakat tetap tenang, tetap memelihara perdamaian, persatuan, dan kesatuan bangsa. Mari kita benar-benar perkuat kembali ikatan persaudaraan, soliditas, dan solidaritas kekeluargaan sesama warga bangsa.
Di lain sisi, aksi massa yang berbuntut kerusuhan di Manokwari, Senin (19/8/2019) memiliki keterkaitan dengan insiden di Surabaya, Malang, dan Semarang.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dan Wali Kota Malang Sutiaji turut meminta maaf atas kerusuhan yang terjadi di Papua.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa telah menyampaikan permintaan maaf kepada warga Papua melalu saluran telepon dengan Gubernur Papua.
Kerusuhan di Manokwari ini berujung pada pembakaran gedung DPRD Papua Barat, Senin (19/8/2019).
"Kami telepon Gubernur Papua, mohon maaf. Sama sekali itu bukan suara Jatim. Harus bedakan letupan bersifat personal dengan apa yang menjadi komiten Jatim," kata Khofifah dalam jumpa pers bersama Kapolri Jenderal TNI Tito Karnavian sebagaimana ditayangkan stasiun televisi nasional, Senin. [ali/ito]
Pesan Damai dari Tuban untuk Indonesia
5 Comments
1.230x view