Reporter: M. Anang Febri
blokTuban.com - Surutnya banjir di beberapa lahan pertanian Kecamatan Rengel, seperti persawahan Desa Kanorejo, Karangtinoto, Sawahan, dan Ngadirejo rasanya baru berangsur kering sekitar dua mingguan lalu, semenjak banjir dari luapan Singa Bengawan Solo merendam empat desa di kecamatan tersebut.
Namun, sejak Senin malam (12/3/2018) kemarin, volume air sungai terpanjang di Pulau Jawa itu kembali naik. Alhasil, sawah-sawah seperti di Desa Ngadirejo yang sebelumnya tengah dalam proses pengeringan lahan pun harus rela dikerumuni air kembali.
Pantauan blokTuban.com di daerah rawan banjir itu, nampak sejumlah titik wilayah telah tergenang kembali oleh air, seperti jalanan menuju arah kantor balai Desa Ngadirejo, jalanan persawahan dusun Tangsari, serta pekarangan samping kanan-kiri dan belakang rumah warga yang sudah dikepung air.
"Baru kemarin petang, air dari Bengawan mulai naik membanjiri sawah warga lagi," ujar Abdul, warga asal Desa Semambung, Kecamatan Kanor-Bojonegoro yang berada di lokasi banjir Ngadirejo.
Pria yang bekerja sebagai pembeli pohon bambu di Desa Ngadirejo itu juga mengeluhkan akibat adanya banjir. Jika kemarin, air belum sampai masuk kembali ke persawahan dan pekarangan warga, sehari di bisa memotong mendapat pohon bambu sampai 20 batang.
"Tapi sekarang ini airnya tambah membesar mas. Ini cuma bisa motong sepuluh batang. Soalnya cukup bahaya, lokasinya licin," tambahnya kepada blokTuban.com, Selasa (13/3/2018).
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) Ngadirejo, Kasturi saat ditemui di kediamannya juga mengutarakan hal yang sama. Sejak pukul 07.00 WIB tadi, air telah datang memasuki desanya.
"Ya begini. Sawah warga yang belum cukup kering sudah kemasukan air dari bengawan lagi," papar Kades Ngadirejo.
Selain itu, pihaknya juga menambahkan bahwa banjir yang melanda desanya beberapa pekan lalu sempat merendam 90% rumah warga desa. Ditambah lagi hektaran sawah milik petani yang terendam banjir sangat parah. [feb/ito]