Derma Mbah Bibit Pada Sri Panganti

Reporter: Dwi Rahayu

blokTuban.com - Pada wilayah administrasi Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban terdapat salah satu desa yang ditumbuhi pohon tua besar, lalu di bawahnya mengalir sumber air alami. Orang-orang sekitar kemudian menjadi tergantung akan air yang melimpah tidak kenal musim tersebut.

Pada waktu lampau yang tidak diketahui tahunnya, berkembang cerita tumbuh di tengah masyarakat. Cerita bertitik tumpu pada derma atau kebaikan Mbah Bibit pada Sri Panganti yang dikisahkan turun-temurun yang kelak disebut Maibit.

Sementara cerita terus berkembang, bahkan beberapa versi. Cerita yang bertahan, yang disampaikan dari mulut ke mulut atau folklor yang kerap dikenal masyarakat yakni kebaikan atau derma yang dari Mbah Bibit kepada perempuan bernama Sri Panganti.

"Mbah Bibit adalah salah satu tokoh yang mempunyai kesaktian dan melindungi Sri Panganti dari kejaran orang-orang yang berniat mempersuntingnya," terang juru kunci Sendang, Supardi (61).

Sri Panganti diceritakan sebagai salah seorang perempuan masa lampau yang melarikan diri dari Kediri. Dalam usaha melarikan diri tersebut, Sri Panganti terpaksa bersembunyi di rumah Mbah Bibit, yang kemudian hari akrab di lidah masyarakat dengan Maibit. Ia yang kala itu gambaran sempurna perempuan jelita, tak pelak banyak pemuda setempat mengincar Sri Panganti untuk dijadikan istri. Karena tinggal di rumah Mbah Bibit, ketika beberapa orang mencari sosok Sri Panganti, mereka bilang: Maibit, yang berarti Omah Mbah Bibit (rumah Mbah Bibit).

Lantas salah seorang pemuda merebut perhatian dan cintanya. Tidak lama, ia kemudian dipersunting pemuda bernama Minak Anggrang, namun harus berpisah dengan kekasih hati lantaran cemburu buta.

Setelah itu, ia mendapat julukan Lanjar sebab semasa dia menikah belum pernah melakukan hubungan suami istri. Sang suami menuduhnya telah berselingkuh dengan pemuda lain, Joko Grenteng, yang tidak lain adalah adik Sri Panganti sendiri.

Untuk memperoleh kebenaran, Joko Grenteng dan Sri Panganti setuju untuk melakukan bunuh diri dengan mengubur diri hidup-hidup. Hal itu sesuai permintaan Minak Anggrang. Jika posisi kepala mayat mereka berdua berbeda dengan posisi saat mereka di kubur, artinya memang bersaudara dan tidak bersalah.

Beberapa hari setelah kematian mereka berdua. Minak Anggrang menemukan fakta ternyata posisi kepala mereka berdua berbeda dengan posisi mereka pada saat di kubur. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Minak Anggrang menyesal hingga ajal menjemput.

Dari kisah masa silam tersebut, masyarakat meyakini untuk senantiasa menghormati kemurnian aliran air yang mashur ini disebut Sendang Lanjar Maibit. Masyarakat setempat merawat sendang. Parit yang menuju kolam besar tidak jauh dari sumber telah dicor. Terdapat pintu air di ujungnya. Mereka memanfaatkan air untuk irigasi hingga kebutuhan air bersih menuju rumah-rumah penduduk.

Menut Supardi (61), sendang mulai tersentuh pembangunan baru pada tahun 1983. Saat itu dibangulah tanggul yang memiliki dua pintu, yang dimanfaatkan sebagai pengendali pemerataan irigasi.

"Sejauh ini lokasi sendang dikenal sebagai bumi perkemahan sendang maibit," kata Pardi, sapaan akrab Supardi.

Beberapa wahana mulai dibangun. Seperti arena Flying Fox. Bangunan tersebut merupakan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Tuban senilai Rp150 juta, lengkap dengan peralatannya.

Saat akhir pekan, pengunjung berdatangan. Entah mereka sekadar menghabiskan hari menikmati pemandangan, memancing atau untuk menggelar kegiatan. [dwi/rom]

Nama Informan: Supardi 61 Tahun
Pekerjaan informan: Juru kunci Sendang Lanjar Maibit
Alamat informan: Desa Maibit, Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban.