Reporter: Mochamad Nur Rofiq
blokTuban.com - Setelah berhasil mewadahi kegiatan para mahasiswa dan pemuda Bangilan FKMB mulai melangkah secara berlahan. Beberapa kegiatan mencoba dibangun melalui dari kagiatan diskusi, kajian karya sastra dan beberapa kegiatan sosial kemasyarakatan.
Melalui cerita Linda Tria Sumarno, mantan ketua FKMB memaparkan, di tahun 1996-1997, masa pertama kali komunitas mahasiswa di Kecamatan Bangilan tersebut mengadakan kajian-kajian diskusi publik. Kegiatan itulah yang kemudian menjadi suatu sengatan dan semangat untuk mahasiswa Bangilan dan pemudanya. Dimana komunitas ini berisikan anak-anak muda yang mulai kecanduan sastra.
"Masa awal berdiri kegiatan terfokus pada diskusi-diskusi publik, dengan berjalannya waktu semoga makin berwarna," ucap Linda.
Linda menjelaskan, masa kedua 1997 hingga 1998 ini diketuai oleh Agus. Di tangan seorang mahasiswa yang kuliah di Universitas 17 Agustus Surabaya Jurusan Teknik Industri itu, FKMB masih belum terorganisir dengan baik dikarenakan kurangnya komunikasi dan konsolidasi. Sehingga, kegiatan FKMB masih belum mampu memberikan kontribusi yang nyata pada masyarakat.
"Namun, pada periode ini pernah diadakan pameran buku di lapangan Bangilan," jelas Linda.
Masa Kepemimpinan yang ketiga FKMB dilanjutkan oleh Rahmat Sholihin. Mahasiswa yang kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya, waktu itu ditunjuk sebagai penggerak FKMB yang mengalami kevakuman. Di tahun 2002-2003 akhirnya FKMB kembali bangkit dan diketuai oleh mahasiswa fakultas Tarbiyah tersebut.
"Periode ini adalah periode kebangkitan FKMB," tegas Linda.
Menurutnya, hal itu dikarenakan FKMB mampu merangkul seluruh mahasiswa Bangilan untuk turut serta dalam setiap kegiatan dan program kerja FKMB. Untuk memperoleh jati dirinya, FKMB sering mengadakan rapat anggota untuk memperoleh format yang tepat dalam melangkah.
Periode ini, FKMB sering mengadakan diskusi yang membahas permasalah-permasalahan yang aktual yang sedang terjadi di Indonesia.
"Kegiatan sosial keagamaan menjadi program unggulan kala itu, seperti pembagian zakat fitrah dan buka bersama," bebernya.
Periode ke-empat FKMB berada di bawah Kepemimpinan Windy Hariadi (2003-2004). Windy Hariadi adalah seorang mahasiswa yang kuliah di UNESA jurusan Teknologi Pendidikan. Pada periode ini, FKMB tetap melaksanakan kegiatan diskusi, pembagian zakat, buka puasa bersama. Menurutnya, pada periode ini FKMB berhasil melakukan gebrakan yang sangat luar biasa, yaitu melaksanakan pementasan teater yang berjudul 'Bilik-Bilik Tirani" yang dimotori oleh Rahmat Sholihin dan Dwi A. Iswanto, pada tanggal 29 Agustus 2004.
"Saat itulah pembuktian bahwa FKMB mampu menjadi motor perubahan berkreatifitas di Kecamatan Bangilan dan memunculkan kesadaran untuk berkesenian," tandas Linda.
Masih kata Linda, ditahun 2004-2005 atau Periode kelima, kepemimpinan FKMB mulai ditanganinya. Ketika itu ia masih berstatus mahasiswa UNIROW Tuban, Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Pada masa kepemimpinannya, FKMB melanjutkan program kerja yang terdahulu. Pada tanggal 28 Agustus 2005 FKMB mampu dengan sukses mengadakan Festival Musik Akustika Merah Putih. Kagiatan tersebut diikuti oleh para pemuda di Bangilan, Jatirogo, Senori dan juga Singgahan. Menurutnya, suatu capaian yang luar biasa lantaran mampu merangkul para pemuda untuk berkreatifitas.
"Selain itu, juga melakukan penggalangan dana untuk para korban Tsunami Aceh, renungan malam di tahun baru," imbuhnya.
Lanjut periode keenam, pada tahun 2005-2006 kala itu roda Kepemimpinan jatuh di tangan Arif Hidayatullah. Pada masa ini FKMB sudah mulai memiliki arah tujuan yang jelas dikarenakan AD/ART FKMB mulai tertata dan dilaksanakan dengan baik.
Masa sekarang atau periode ketujuh FKMB dipimpin oleh Zainal Fanani. Sejak tahun 2008 hingga saat ini FKMB kurang terorganisir dengan baik sehingga kaderisasi terkesan berjalan di tempat. Namun, pada masa rentang waktu kepemimpinan 8 tahun ini, Zainal Fanani dan para anggota FKMB mampu melaksanakan program kerja yang luar biasa, di antaranya pemutaran film Garuda di Dadaku, penggalangan dana untuk korban bencana alam, diskusi, pembagian zakat, buka bersama, bedah buku Arus Balik karya Pramoedya, Pementasan teater Arus Balik dan yang lebih fenomenal adalah Malam Puisi Akbar.
Di saat itulah FKMB mampu merangkul seluruh lapisan masyarakat untuk ikut menyerukan perubahan dan menghidupkan kembali seni puisi. Hasil itu yang diharapkan FKMB dan mampu menjadi salah satu pembentukan karakter yang positif untuk masyarakat Bangilan.
"Sasaran kita tidak hanya para pelajar, pemuda, mahasiswa, dan masyarakat, tetapai cita-cita besar juga untuk para pemangku pemerintahan di Bangilan dan sekitarnya," ucapnya.
FKMB merupakan organisasi yang bersifat terbuka. Keanggotaan FKMB tidak hanya terbatas pada mahasiswa-mahasiswa, tetapi juga terbuka untuk seluruh pemuda Bangilan yang ingin berkreasi dan produktif dalam kegiatan FKMB.
Dengan berdirinya FKMB diharapkan mampu memberi warna dan merubah pola pikir masyarakat Bangilan yang sulit keluar dari pengaruh buruk budaya barat yang masuk.
"FKMB juga mampu menjadi wadah untuk para pemuda untuk berkreatifitas, sehingga mereka terhindar dari pengaruh buruk obat-obatan terlarang," pungkasnya.[rof/col]