Survei: 39 Persen Audiens Hindari Berita Negatif, Perlukah Berubah?

Reporter : Moch. Nur Rofiq 

blokTuban.com - Gaya penyajian berita kini mengalami perubahan dengan hadirnya jurnalisme konstruktif

Pendekatan ini tidak hanya menampilkan sisi negatif suatu peristiwa, tetapi juga menawarkan solusi atas masalah yang ada.

Eva Danayanti, Program Manager dari International Media Support (IMS), menjelaskan bahwa jurnalisme konstruktif adalah metode editorial yang bertujuan mengurangi dominasi berita negatif. 

Meski demikian, ia menolak menganggapnya sebagai genre baru dalam jurnalistik, karena yang diutamakan adalah proses penyuntingan dan penyajian beritanya.

"Jurnalisme konstruktif pertama kali diadopsi IMS dari Denmark," kata Eva dalam diskusi Local Media Community 2025 yang digelar di Surabaya pada 4-5 Februari 2025.

Konsep ini berangkat dari keresahan para jurnalis yang mempertanyakan mengapa berita selalu menyoroti sisi negatif, skandal, atau hal-hal sensasional. 

Padahal, menurut Eva, audiens semakin jenuh dengan pola tersebut. Ia mengutip survei yang menunjukkan bahwa 39 persen orang memilih menghindari berita karena hanya menekankan masalah tanpa solusi.

Jurnalisme konstruktif diharapkan menjadi jawaban atas kejenuhan ini. Eva menekankan bahwa pendekatan ini dapat meredam dampak negatif berita.

"Tiga elemen utama dalam jurnalisme konstruktif adalah solusi, nuansa, dan percakapan demokratis," ujarnya.

Nuansa, menurut Eva, berfokus pada bagaimana membangun latar belakang masalah sekaligus menghadirkan solusi. 

"Kenapa ini penting bagi media? Media bertanggung jawab tidak hanya dalam menyampaikan fakta, tetapi juga dalam memfasilitasi keterlibatan publik untuk menemukan solusi. Namun, solusi tersebut bukan berasal dari jurnalis atau media secara langsung, melainkan dari proses dialog publik yang demokratis," tambahnya.

Dalam praktiknya, jurnalisme konstruktif tidak sekadar mengandalkan prinsip 5W1H, tetapi juga mempertimbangkan pertanyaan ‘apa’ dan ‘bagaimana’. 

"Wawancara dalam pendekatan ini bergeser dari sikap menuduh menjadi lebih penasaran dan terbuka. Jurnalis yang biasanya dramatis berubah menjadi lebih kritis dan ingin tahu," jelasnya.

Jurnalisme konstruktif bertujuan membangun komunikasi yang lebih baik antara jurnalis dan pembaca dalam mencari solusi atas berbagai persoalan sosial.

[Rof/Al]