Keberlanjutan Jurnalisme dan Demokrasi dalam Sorotan Konferwil AMSI Jatim

Reporter: Mochamad Nur Rofiq

blokTuban.com - Konferensi Wilayah (Konferwil) ke-3 Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Jawa Timur resmi dibuka oleh Ketua Umum (Ketum) AMSI Pusat, Wahyu Dhyatmika. Acara yang berlangsung di Hotel Whiz Luxe Spazio Surabaya ini dihadiri oleh para anggota AMSI se-Jawa Timur.

Dalam sambutannya, Wahyu Dhyatmika menekankan pentingnya Konferwil AMSI Jatim sebagai momentum strategis bagi perkembangan media digital di Indonesia.

"Meskipun tidak gegap gempita, Konferwil AMSI Jatim sangat signifikan. Ini adalah waktu mencari titik-titik untuk melompat ke depan, momen semester 2 ini penting untuk media," ujar Wahyu.

CEO Tempo Digital tersebut juga menyoroti tantangan ekonomi yang dihadapi media saat ini. Sejak berdiri pada tahun 2017, AMSI mengedepankan semangat solidaritas karena ekosistem media digital harus segera diperbaiki.

"Mulai dari platform hingga pihak-pihak yang mendapatkan value dari apa yang kita buat, ini adalah stakeholder yang menjadi mitra bagi kita," jelasnya.

Baca Juga: 

Jatim Media Summit Bagikan Tips Membuat Konten Video Menarik di Media Sosial

Meskipun ekonomi tidak baik-baik saja, Bli Komang, sapaan akrab Wahyu, menekankan bahwa APBD dan APBN tidak bisa dimaksimalkan oleh media.

"Ini adalah peluang bagi publisher untuk merealisasikan ide dan gagasan," katanya.

Bli Komang mengingatkan bahwa keberlanjutan jurnalisme dan ekosistem media digital sangat krusial bagi demokrasi.

"Jika jurnalisme mati, ekosistem juga akan mati. Tanpa ekosistem yang sehat, demokrasi terancam. Industri ini harus hidup dan berkelanjutan, sebab pertaruhannya adalah demokrasi dan masa depan Indonesia," tegasnya.

Ia juga menyampaikan pentingnya memperbaiki hubungan antara media dan platform digital melalui kebijakan yang mendukung. Bli Komang mengajak para anggota AMSI untuk terus melakukan evaluasi internal demi keberlanjutan media.

"Eksternal kita perbaiki, ada tanggung jawab perpres publisher right, ini cara memperbaiki relasi dengan platform agar bermanfaat bagi kita. Selama ini kita tidak mendapatkan kontribusi yang seimbang," ucapnya.

Untuk evaluasi internal, media wajib tahu siapa yang mendapatkan manfaat dari produknya. Jika tercapai, maka bisa memonetisasi karena model bisnis adalah value capture dan value monetization.

"Kalau kita tidak bisa mengambil itu, berarti produknya keliru atau identifikasi yang keliru. Kita harus cek market kita untuk dijual," pesannya.

Bli Komang juga mengingatkan bahwa era digital adalah era peluang sekaligus ancaman bagi media karena pengguna internet terus tumbuh, sementara kompetitor semakin banyak.

"Kita harus cari cara informasi macam apa yang dibuat dan dibutuhkan publik. Media kontennya harus berdasarkan fakta dan informasi yang benar," kata Bli Komang.

Baca Juga: 

Bekali Mahasiswa Ilmu Alquran, PSQT IAINU Tuban Gelar Diklat Standarisasi Guru Alquran Metode Tilawati

Di akhir sambutannya, Bli Komang berpesan, jurnalisme yang bagus bukan hanya untuk mencari uang, tetapi mencari uang untuk membuat berita yang menarik.

"Jika media tidak berpikir tentang audiens, maka akan dipastikan mereka hilang. Ini kesempatan sekaligus ancaman. AMSI harus punya peran di situ. AMSI Jatim harus jadi motor dan lokomotif media di Jawa Timur," tutup Wahyu.

Dengan resmi dibukanya Konferwil 3 AMSI Jatim ini, diharapkan media siber di Jawa Timur dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi ekosistem media digital dan demokrasi di Indonesia.

Sementara itu, Ketua AMSI Jatim, Arif Rahman, merasa bersyukur hingga titik akhir periode ini. Sinergi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap ekosistem media siber diklaim menjadi kunci menghadapi tantangan dan problematika oleh pemilik dan pebisnis media di Jatim.

 "Alhamdulillah kita berada di detik-detik akhir menyelesaikan mandat dan amanah anggota AMSI Jatim. Di AMSI Jatim kita bisa menemukan kekuatan dan power berlipat-lipat," kata Mas Arif.

Diketahui, saat ini AMSI Jatim memiliki 47 anggota, angka tersebut merupakan yang terbesar kedua setelah Jakarta yang terdiri dari 60 anggota. [rof]