Desa Tingkis Tuban dan Cerita Pejuang Menangkis Kejaran Belanda

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.comTingkis merupakan sebuah yang berada di Kecamatan Singgahan yang terletak kurang lebih 3 Km dari Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Desa Tingkis memiliki luas wilayah sekitar 492 Ha ini terbagi menjadi 3 dusun yakni Dusun Krajan, Dusun Ngablak dan Dusun Ngopolo.

Desa Tingkis dihuni oleh penduduk dengan total kurang lebih sekitar 3.000 an jiwa yang mana mayoritas berprofesi sebagai petani, Desa Tingkis sekarang dipimpin oleh Agus Susanto, S.H selaku Kepala Desa Tingkis sejak 2019.

Desa Tingkis berbatasan langsung dengan Desa Guwoterus di sebelah Utara, Desa Nguluhan di sebelah Timur, Desa Mulyorejo di sebelah Selatan dan Desa Mulyoagung di sebelah Barat. Senin (30/10/2023)

Ditanya mengenai sejarah Desa Tingkis tersendiri yang diambil dari RPJM desa menceritakan, bahwa asal – muasal Desa Tingkis diantaranya yang paling populer di masyarakat yakni bermula pada pertengahan abad ke 19 saat masih adanya penjajahan Belanda, pada masa tersebut penjajah Belanda mengejar para pejuang yang bersembunyi dari kejarannya di suatu wilayah di tepian hutan.

Setelah masuk ke wilayah tersebut para penjajan Belanda sama sekali tidak dapat melihat dan mengetahui keberadaan para pejuang yang mana di mata para penjajah Belanda wilayah tersebut hanya tampak seperti hutan belantara yang gelap yang mana hal tersebut terjadi secara berungkali. Hingga suatu ketika para pejuang mengatakan bahwa wilayah tersebut dapat “Menangkis” dari kejaran penjajah Belanda. 

Maka dari itu para pejuang akhirnya menamai wilayah tersebut dengan nama Desa “Tangkis”, dengan seiring perkembangan zaman dan berjalannya waktu desa tersebut mengalami perubahan sebutan menjadi desa Tingkis yang konon desa ini adalah satu – satunya desa yang belum pernah terjamah oleh para penjajah.

Namun Desa Tingkis juga memiliki sebuah cerita sejarah lain seperti yang di jabarkan oleh Ridwan (38) selaku Kasi Kesra mengatakan bahwa dahulu terdapat sebuah serangan dari para penjajah Belanda yang menyebabkan seorang Kepala Desa Tingkis pada saat itu meninggal dunia. 

Hal ini dikarenakan ada seorang warga yang tidak terima dikarenakan hewan ternak sapinya diambil paksa oleh tentara setempat dan warga tersebut memata – matai tentara setempat tersebut yang mana kemudian memanggil para penjajah Belanda untuk menyerang tentara tersebut yang mana hal itu sampai menyebabkan Kepala Desa Tingkis pada saat itu meninggal dunia dikarenakan insiden tersebut.

“Desa Tingkis dulu pernah di serang londo (Penjajah Belanda) tenan tahun sekitar agresi ke 2 sekitar tahun 48 itu ternyata ada seorang Kepala Desa yang meinggal pada saat itu dia dari Montong keluar dari alas Nguluhan dan nyampai di Dusun Ngopolo itu kata Mbah saya ditembaki langsung, lah penyebabnya ternyata ada orang Tingkis yang benci sama tentaranya sendiri dikarenakan tentaranya minta sapinya dan dibawa akhirnya itu ada tentara di sini istilahnya itu di mata – mata i tentara itu lah akhire dia ngundang londo dari Montong londone iku, keluar alas Nguluhan itu pagi jam 7, petinggi Tingkis itu mati perkara itu kena tembak,” Ujar pria berusia 38 tahun tersebut.

Selain itu konon warga desa Tingkis mempercayai bahwa di desa ini pernah ada seorang yang bisa berubah menjadi macan putih yang bernama Ki Singo Proyo. 

Dipercaya ia masih memiliki jalur dari Syekh Abdul Jabbar Nglirip dan juga dipercaya sebagai babat alas desa Tingkis. Berdasarkan sejarahnya menurut berbagai sumber mengatakan bahwa Ki Singo Proyo adalah seorang yang mandra guna yang kemudian dikejar dan diserbu oleh para tentara Belanda untuk ditumpas.

Kemudian Ki Singo Proyo bersembunyi di sebuah tempat dan mengeluarkan sebuah ajian yang bernama Kabut Halimun yang menutupi seluruh wilayah persembunyian dari Ki Singo Proyo dengan hal tersebut membuat para penjajah kebingungan dikarenakan tidak bisa menemukan Ki Singo Proyo yang mana tempat persembunyiaanya tertutupi oleh Kabut Halimun yang membuat buta mata para tentara Belanda.

Yang kemudian di hari berikutnya para tentara Belanda mengerahkan seluruh pasukannya baik dari udara maupun dari darat namun masih belum menemukannya dikarenakan tempat persembunyiannya tertutup rapat olet Kabut Halimun ciptannya dan hal itu juga yang menjadi awal mula terjadinya nama Desa Tingkis yang dahulu berasal dari kata Tangkis dikarenakan upaya Belanda untuk menghabisi nyawa Ki Singo Proyo baik dari darat maupun udara mendapatkan hasil yang sia – sia dikarenakan pengelihatan dari tentara Belanda tertangkis oleh sebuah kabut cipataan Ki Singo Proyo. Sumber YT : Kembang Setaman. TV

Desa Tingkis yang memiliki kaitan dengan penjajahan pun tidak akan luput dengan yang namanya peninggalan pada masa penjajahan yang mana menurut Kukuh (24) selaku Kadus Ngopolo mengatakan bahwa di Desa Tingkis itu pernah ada sebuah peninggalan dari zaman Belanda dan hal itu tercatat tetapi belum di bukukan pihak desa, yakni ditemukannya sebuah benda yang bernama titik triangulasi pada zaman belanda yang mana benda tersebut digunakan Belanda untuk pemetaan.

“Di desa ini tepatnya di sebelah Utara desa, bentuknya itu kayak tugu tapi udah hilang sekarang sudah digempur orang – orang tapi dulunya ada kayak tugu gitu biasanya di tugunya itu ada kayak kompas visir gitu di intip gitu dan itu lurus sama Banyu Urip itu untuk buat peta. Itu bisa dilihat di peta Belanda, jadi Belanda itu per 8 tahun atau per 10 tahun sekali itu mengeluarkan peta dan itu ada, ada titiknya disini gitu,” Ujar Kukuh. [Naw/Ali]