Pertamina EP Injeksi CO2 ke Sumur Tua Lapangan Sukowati

Reporter : Ali Imron 

blokTuban.com - Ambisi pemerintah untuk mengejar target produksi minyak 1 juta barel pada tahun 2030, serta mengurangi emisi hingga tercipta Net Zero Emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, membutuhkan dukungan dan upaya dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

Salah satu yang dilakukan KKKS adalah dengan metode Enhanced Oil Recovery (EOR), yakni melakukan injeksi CO2 ke sumur-sumur tua migas. Implementasi injeksi CO2 pada sumur migas merupakan tahap awal penerapan CO2-EOR dan Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan migas.

PT Pertamina (Persero), sebagai salah satu KKKS plat merah juga turut andil dalam mengimplementasikan teknologi CCUS, setelah sebelumnya sukses melakukan penyuntikan perdana CO2 di Lapangan Jatibarang. Pertamina bergerak cepat untuk melanjutkan teknologi tersebut di lokasi lain, yakni di Lapangan Pertamina EP Sukowati, Bojonegoro Jawa Timur.

Hal tersebut ditandai dengan peresmian injeksi perdana CO2 ke Lapangan Sukowati menggunakan metode Huff & Puff yang dilakukan pada Kamis (7/12), di Bojonegoro Jawa Timur.

Injeksi CO2 Perdana Lapangan Sukowati Pertamina EP dihadiri oleh Sekjen DEN Kememterian ESDM Djoko Siswanto , Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina Oki Muraza, Direktur Pengembangan dan Produksi Pertamina Hulu Energi Awang Lazuardi, GM Carbon Neutral Business Department, Overseas Business Division II JAPEX Kenichi Suzuki, dan Deputy Councilor, Hydrogen and CCS Project Department JOGMEC Hiroshi Okabe.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan bahwa Metode huff & puff ini memberikan konfirmasi dan validasi mengenai teknologi EOR secara spesifik dalam skala sumuran, sehingga selanjutnya diharapkan dapat juga diterapkan di lapangan migas lainnya yang sedang aktif melakukan kegiatan studi CO2-EOR.

Ia mengapresiasi injeksi CO2 yang dilakukan oleh Pertamina ini dan berharap dapat berjalan dengan baik dan bisa menjadi pembelajaran bagi pengembangan CCS/CCUS di Indonesia.

"Teknologi CCUS menjadi enabler yang mampu meningkatkan produksi migas melalui CO2-EOR sekaligus mengurangi emisi GRK secara signifikan. Lapangan Sukowati akan jadi contoh di masa depan dengan kapasitas CO2 yang besar. Kita berharap pelaksanaan CCUS di Sukowati bisa berhasil dan dapat menjadi pembelajaran pengembangan CCUS di lapangan lainnya," jelas Tutuka, Kamis (7/12).

Sebanyak 500 Ton CO2 diinjeksikan ke sumur Sukowati-18 (SKW-18) selama 7 hari. Penerapan teknologi CCUS ini diharapkan meningkatkan produksi lapangan melalui penerapan CO2 EOR.

SVP Research and Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, menegaskan bahwa implementasi Injeksi CO2 dengan metode Huff & Puff di Lapangan Sukowati akan memberikan konfirmasi dan validasi mengenai teknologi EOR secara spesifik.

"Tujuan injeksi CO2 di lapangan kedua Pertamina ini adalah untuk mengkaji efek CO2 EOR dan penyimpanan CO2 dalam formasi bawah permukaan untuk lapangan migas. Hasil kajian ini diharapkan dapat diterapkan di lapangan-lapangan Pertamina lainnya yang sedang aktif melakukan kegiatan studi CO2-EOR, yang tentunya akan mendukung capaian target 1 juta BOPD pada tahun 2030," ungkap Oki.

Senada dengan Oki, Direktur Pengembangan & Produksi PT Pertamina Hulu Energi Awang Lazuardi menyampaikan kedepannya saat implementasi penuh, CCUS Lapangan Sukowati akan menggunakan CO2 bersumber dari Lapangan Jambaran Tiung Biru.

"Kita menyambut era baru, salah satunya CCUS untuk EOR migas. Ini akan bermanfaat untuk bisnis kedepan. Harapannya hasilnya bisa di evaluasi dan dilanjutkan ke tahap implementasi penuh dengan sumber CO2 dari Jambaran Tiung Biru. Dengan inovasi CO2-EOR diharapkan bisa mendorong peningkatan produksi Sukowati," jelas Awang.

Capaian CCUS di Lapangan Sukowati ini merupakan hasil studi bersama antara Pertamina, Japan Organization for Metals and Energy Security (JOGMEC) dan Japan Petroleum Exploration Company Limited (JAPEX) yang merupakan tindak lanjut dari Joint Study Agreement para pihak yang ditandatangani pada Juli 2023 lalu.