Larung Saji Kepala Sapi, Tradisi Nenek Moyang Masyarakat Pesisir Tuban Masih Lestari

Reporter : Muhammad Nurkholis

blokTuban.com - Masyarakat pesisir Kabupaten Tuban  melangsungkan larung saji berupa kepala sapi, Rabu (18/11/2023). Tradisi ini telah ada sejak turun temurun dari nenek moyang masih terus dilestarikan oleh masyarakat yang notabene sebagai nelayan.

Tak terkecuali para masyarakat Kelurahan Karangsari Kecamatan/ Kabupaten Tuban. Di era yang sudah serba digital ini mereka masih memegang teguh dan menjaga tradisi ini.

Terlihat dengan penuh antusias dan semangat para nelayan Kelurahan Karangsari, mengarak sebuah tandu berisikan kepala sapi yang telah dipotong, serta mengarak sebuah miniatur perahu nelayan yang berisikan sesaji, atau biasa masyarakat menyebutnya dengan nama Bekakak.

Kepala sapi dan bekakak ini di arak dari timur Kelurahan Karangsari menuju ujung barat Kelurahan  Karangsari. Sesampainya di lokasi acara, terlebih dahulu para nelayan akan mengikat kepala sapi yang telah dibawa tadi, di sebuah tiang dengan tinggi sekitar 5 meter.

Nantinya kepala tersebut, akan dibiarkan saja di tiang tersebut hingga daging dan kulitnya habis, terlihat juga sisa-sisa tengkorak dari kepala sapi pada acara tahun-tahun sebelumnya masih terikat kuat di tiang tersebut. 

Usai para nelayan mengikat kepala sapi, segerombolan nelayan lain datang dengan membawa bekakak ke tengah laut menggunakan perahu nelayan setempat. Dengan tujuan, untuk dilarung di tengah laut.

Menurut Lurah Karangsari, Danny Pramudita, tradisi ini sudah ada sejak dahulu dan masih terus dijaga oleh masyarakat Karangsari hingga saat ini.

"Tradisi ini masih terus dijaga oleh masyarakat, dan tradisi ini, rutin dilakukan oleh masyarakat Karangsari, setiap tahunnya," ujar Danny Pramudita. 

Lebih lanjut Danny berharap dengan adanya acara ini, nelayan Karangsari bisa terus makmur dan sejahtera. Serta terus kompak dan lebih rukun.

Sementara itu, Ahmad Slamet (51) salah satu nelayan yang terlibat dalam acara ini, mengatakan bahwa tradisi ini telah dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Karangsari, sejak dahulu kala. 

"Ini adalah tradisi dari nenek moyang yang terus kita jaga," ujar Slamet. 

Pria kelahiran Kelurahan Karangsari ini menambahkan, jika hari untuk larung saji, harus dilakukan pada hari Rabu Pon atau Legi. Sedangkan untuk bulan bisa menyesuaikan. 

Disinggung apakah ada kriteria khusus untuk sapi yang dipakai saat acara larung saji, menurutnya tidak ada kriteria khusus semua jenis sapi bisa dipakai. 

"Kegiatan larung saji diharapkan bisa memberikan berkah kepada semua makhluk ciptaan Tuhan," imbuhnya. 

Ia juga berharap dengan diselenggarakannya kegiatan larung saji, nelayan Karangsari mendapatkan keselamatan serta berkah saat melaut. [Nur/Dwi]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS