Kisah Tanah Tertua di Desa Tenggerwetan Tuban dan Larangan Membunyikan Musik

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

blokTuban.com - Desa Tenggerwetan adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Kerek, Kabupaten Tuban. Desa Tenggerwetan sendiri terbagi menjadi 3 dusun yakni Dusun Tengger, Dusun Karangrejo dan Dusun Nglunde yang dihuni kirang lebih sekitar 7.287 Jiwa yang bermayoritas sebagai petani, Minggu (15/10/2023).

Desa ini berbatasan langsung dengan Desa Sidonganti di sebelah Barat, Desa Hargoretno di sebelah Timur, Desa Guwoterus di sebelah Selatan, dan Desa Gaji di sebelah Utara. Desa Tenggerwetan ini sendiri sekarang dipimpin oleh Dasmianti (41) selaku Kepala Desa sejak 2007.

Menurut Dasmianti (41) selaku Kepala Desa Tenggerwetan menuturkan perihal asal – usul dari Desa Tenggerwetan yakni di Desa Tenggerwetan terdapat sebuah tanah yang konon paling tua yang berada di Dusun Tengger tanah ini disebut Tanah Kampung Pongangan disebut paling tua karena tanah itu menjadi awal mula babat alas Desa Tenggerwetan.

“Ada tanah yang paling tertua jaman dulu babat pertama kali itu namanya adalah tanah yang disebut tanah kampung pongangan, kampung pongangan itu tanah tertua di Desa Tenggerwetan waktu babat pertamakali di Desa Tenggerwetan dan tanah tersebut itu di wilayah Dusun Tengger makanya Desa Tenggerwetan dinamakan itu adalah di Dusun tanah yang tertua itu terletak di Dusun Tengger itu. Untuk asal – usul Desa Tenggerwetan ini adalah nama pertama itu adalah terkait dengan Tengger itu berhubungannya dengan pegunungan jadi wilayah Desa Tenggerwetan itu dikatakanlah tengger adalah terletak diatas pegunungan,” tutur Wanita berumur 41 tersebut saat diwawancarai blokTuban.

Di Desa Tenggerwetan juga terdapat sebuah makam yang bernama Makam Mbah Buyut Srambi (Mbah Sayyid Abdullah) dan Makam Mbah Ndukoh (Mbah Sayyid Maddullah) kedua makam ini konon adalah makam sesepuh Desa Tenggerwetan Mbah Ndukoh sendiri adalah kakak dari Mbah Srambi.

Sejarahnya sendiri seperti yang diceritakan Mahabbatul Huda selaku Kasi Kesra Desa Tenggerwetan sekaligus Juru Kunci 2 Makam Mbah Srambi dan Makam Mbah Ndukoh menuturkan Mbah Srambi sendiri adalah seorang keturuan Syiria – Aceh yang seorang pendakwah di Aceh yang datang ke daerah Tuban karena di tantang oleh Sampokong untuk diajak adu kesakatian. Jadi Mbah Srambi dan Mbah Ndukoh yang datang ke Tuban untuk mancing Sampokong agar bertemu dengan Sunan Bonang, saat dalam perjalanan Mbah Srambi dan Mbah Ndukoh berhenti di sebuah tempat yang diberi nama Srambi Nanggroe Aceh Darussalam.

Sampokong sendiri adalah seorang pendatang dari Tiongkok, kedatangannya juga masih berhubungan dengan Sumur Srumbung Tuban yakni pada saat di sana Sampokong beradu kesaktian dengan Sunan Bonang di mana Sunan Bonang menancapkan tongkatnya yang kemudian menyuruh Sampokong untuk mencabutnya tapi tidak bisa dan kemudian di cabut oleh Sunan Bonang yang kemudian keluar sumber air dan kitab – kitabnya.

Tapi, Mbah Srambi dan Sampokong sendiri belum bertemu secara tatap muka dan hanya bertemu melalui kebatinan saja. Dikarenakan menurut Sampokong, Mbah Srambi akan mendarat di Pelabuhan yang sekarang adalah Pantai Boom tapi ternyata Mbah Srambi mendarat di daerah Tenggerwetan. Yang mana Sampokong hatinya sudah terbuka oleh Sunan Bonang dan tidak jadi untuk mengajak adu kesaktian dengan Mbah Srambi.

“Ke sini pertamanya itu mancing Sampokong supaya bertemu dengan Sunan Bonang untuk masuk Islam, kedua akhirnya sama gurunya tadi dikasih tau gurunya bahwa kalau sampeyan (Mbah Srambi) ditantang oleh seseorang untuk berkelahi berarti sudah saatnya pindah, juga dikasih lampu sebagai penerangan untuk ngaji,” Tutur Mahabbatul Huda.

“Cuma kesininya itu Mbah Srambi sudah berumur sekitar 70 an baru tahap berantas masalah – masalah kemusrikan itu, baru memerangi masalah itu sudah meninggal, dulu kan baca syahadat itu sulit. Dulu bertahun – tahun baca kalimat syahadat Mbah Srambi baru memerangi meluruskan masalah sesaji sebangsa itu sudah meninggal dan diteruskan oleh Mbah Ndukoh dua kalimat Syahadat Itu tadi,” Tambahnya.

Mbah Srambi dan Mbah Ndukoh sendiri adalah seorang pendatang sedangkan seorang yang babat alas Desa Tenggerwetan bernama Mbah Pongangan  yang mana pada zaman itu masih belum ada agama islam di Desa Tnggerwetan. Dengan adanya Mbah Srambi dan Mbah Ndukoh yang melakukan penyebaran agama Islam, bahkan Mbah Pongangan sebelum meninggal sempat di bantu untuk dibacakan dua kalimat Syahadat oleh Mbah Srambi secara diam – diam, bahkan keturunanya pun tidak tahu akan hal itu.

Di Desa Tenggerwetan juga terdapat sebuah Mitos yakni terdapat sebuah pantangan yang mana setiap hari Jumat yang merupakan hari meninggalnya babat alas Desa Tenggerwetan yakni Mbah Pongangan tidak diperbolehkan menabuh Gong, gamelan atau sejenis musik – musikan namun untuk sekarang warga desa diberi keringanan yang mana pantangan tersebut berlaku di hari kamis malam sampai dengan hari jumat selesai sholat jumaatan saja.

Dimakamnya juga memiliki sebuah mitos di mana warga di daerah pesisir itu berziarah dan kemudian mengambil kayu dari perahu yang berada di samping makam Mbah Buyut Sramhi konon akan membawa berkah sehingga warga pesisir setiap ziarah mengambill kayu dari perahu sehingga membawakan berkah dan hasil tangkapan ikan akan lebih banyak dan melimpah.

Mengenai tradisinya yang masih melekat dan menjadi kegiatan rutinan warga desa yakni kegiatan sedekah bumi dan haul yang dilakukan di dua makam sesepuh yang ada di sana yakni makam Mbah Buyut Srambi dan Makam Mbah Ndukoh yakni setiap bulan besar setelah hari raya Idul Adha yakni di hari kamis tepat setelah hari raya yang mana dilaksanakan di makam Mbah Buyut Srambi dan setelahnya di hari Senin di makam Mbah Ndukoh.

Potensinya sendiri Dasmianti menuturkan Desa Tenggerwetan sendiri memiliki potensi dalam penghasil polo pendem (Tumbuhan yang memiliki buah di dalam tanah seperti ubi, ketela dan sebagainya) dikarenakan di desa ini tergolong banyak menghasilkan tumbuhan itu.

Mengenai produk unggulannya sendiri yang baru saja di rilis yakni bernama wedang secang, yakni minuman yang terbuat dari kayu secang namun UMKM nya sendiri baru lokalan saja dan hanya diikutkan event – event saja. [Naw/Ali]