Wasiat Lanjar Maibit ke Anak Cucunya di Desa Temayang Tuban dan Pantangan Calon Pengantin

Penulis : Ahmad Nawaf Timyati Fandawan

 

blokTuban.com – Desa Temayang merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban. Desa Temayang sendiri terbagi menjadi 2 dusun yakni Dusun Temayang dan Dusun Mayangsari dengan Jumlah penduduk kurang lebih sekitar 2.100 Jiwa yang mayorirtas berprofesi sebagai petani.

 

Desa Temayang berbatasan langsung dengan Desa Margomulyo di sebelah Utara, Desa Padasan di sebelah Timur, Desa Jarorejo sebelah Barat dan di sebelah Selatan berupa Hutan perhutani Desa Temayang saat ini sendiri dipimpin oleh Abdul Qoyi (54).

 

Mengenai asal – usulnya Desa Temayang seperti yang dijelaskan Sudarmanto (43) selaku Kaur Perencanaan Desa Temayang mengatakan bahwa Desa Temayang memiliki berbagai cerita dan versinya tersendiri. Ada yang mengatakan bahwa berawal dari kata Temayang yang mana zaman dahulu ada yang menyebutkan bahwa mayang itu berupa bunga pohon pinang yang berada di wilayah daerah Temayang.

 

“Tadinya juga ada seorang kemungkinan ada kaitannya dengan itu. Putri Lanjar Maibit itu juga seperti bunga karena kecantikannya sangat mengikat dikalangan kerajaan – kerajaan zaman dahulu gitu, sehingga asal – usulnya Temayang berasal dari Dusun Mayangsari,” Ujar pria 43 tahun tersebut, Sabtu (14/10/2023).

 

Selain itu, juga ada cerita lain yakni berawal dari orang yang hijrah ke daerah desa yang dulunya belum ada Desa Temayang yang menjadi buronan para prajurit kerajaan. Salah satu dari orang pelarian tersebut ada yang bermain wayang/dalang, sehingga saat ditanya mau kemana.? Beliau menjawab Mayang (memainkan wayang).

 

Di desa ini juga terdapat sebuah makam yang bernama Makam Lanjar Maibit. Menurut sejarahnya Lanjar Maibit adalah seorang pendatang dari Desa Maibit, Kecamatan Rengel dan juga ada yang mengatakan dari Kerajaan Dhoho Kediri yang di datang ke Desa Temayang dikarenakan diburu oleh banyak orang karena kecantikannya.

 

“Lanjar Maibit itu dulunya pendatang ada yang cerita dari Desa Maibit, tapi ada juga yang bercerita dari Kerajaan Dhoho Kediri, melarikan diri di Maibit ditolong oleh Mbah Bibit hingga perjalanannya hingga ke temayang sini. Kan ada juga kaitannya dengan Singgahan itu juga tempat persinggahannya Mbah Maibit tersebut di Desa Maibit,” Ungkap Sudarmanto.

 

Sudarmanto juga manambahkan bahwa Lanjar Maibit saat di Desa Temayang beliau di sembunyikan oleh Mbah Brabu dan Mbah Brabu mengaku bahwa dia adalah Lanjar Maibit untuk mengecoh orang – orang yang mengejar Lanjar Maibit sehingga para pengejar tersebut kecewa dikarenakan menganggap bahwa Lanjar Maibit tidak cantik. Yang mana ternyata itu adalah Mbah Brabu yang notaben nya sudah tua. Hingga saat ini kuburan Mbah Lanjar Maibit dan Mbah Brabu berada di satu cungkup yang sama.

 

Dilihat dari peristiwa tadi Mbah Lanjar Maibit memberikan sebuah wasiat untuk para keturunanya di Desa Temayang, beliau berkata “Anak Turun saya wajahnya jangan sampai seperti saya, cantiknya atau gantengnya pokoknya jangan sampai kaya saya se anak turunku yang ada di Temayang,” hal itu dikarenakan Mbah Lanjar Maibit saking kesalnya karena dengan kecantikannya sampai diburu orang – orang.

 

Menurut Sudarmanto sendiri wasiat tersebut sampai saat ini masih sangat melekat dengan warga Temayang dimana semua warga Temayang tidak ada yang sempurna dan rupawan, bahkan ada yang rupawan namun memiliki cacat mental maupun cacat fisik baik yang terlihat dan tidak terlihat.

 

Di desa ini juga terdapat sesepuh lain yang bernama Nggusten yang merupakan pendatang dan juga konon sebagai pendiri masjid Temayang. Nggusten ini adalah sebuah nama julukan yang juga biasa disebut Bagus – bagus e Manten karena waktu itu ada kemanten lewat yang dihadang oleh perampok dan ditolong oleh Nggusten tersebut sehingga terjadi pertarungan yang kemudian Mbah Nggusten Meninggal dan dimakamkan di belakang Masjid Temayang.

 

Dan di samping makam Mbah Nggusten juga terdapat makam dari Mbah Demang Temayang, Mbah Demang ini konon juga merupakan seorang sesepuh yang datang ke Desa Temayang untuk berguru ke Mbah Nggusten hingga dewasa dan menjadi pemimpin Kademangan yang sekarang lebih dikenal dengan Kawedanan (Wilayah Administrasi kepemerintahan yang berada di bawah kabupaten dan di atas kecamatan).

 

Mengenai Mitosnya sendiri di Desa ini memiliki mitos khusunya warga Desa Temayang dimana seorang calon pengantin yang mau menikah tidak diperbolehkan untuk melewati jalan di depan masjid Temayang. Di mana hal ini dilarang dikarenakan tempat itu dahulunya terjadi sebuah peristiwa meninggalanya Mbah Nggusten saat menolong pengantin yang dihadang oleh begal atau orang jahat.

 

Selain itu juga terdapat sebuah kepercayaan bahwa warga Desa Temayang tidak diperbolehkan untuk menyembelih hewan pada hari Rabu. Hal ini berhubungan dengan ditemukannya sumber air di Desa Temayang yang ditemukan pada hari Rabu yang mana hal itulah yang menjadi pantangan warga desa agar tidak menyebelih hewan di hari Rabu dikarenakan warga beranggapan bahwa aliran darah hewan saat disembelih menyerupai aliran sumber air. [Naw/Ali]