Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI Ajak Petani Jagung Tuban Beralih  Pupuk Organik

Reporter: Savira Wahda Sofyana

blokTuban.com – Dalam momentum Kunjungan Kerja (Kunker) Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Republik Indonesia (RI), petani di Desa Remen, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban diajak untuk beralih ke pupuk organik.

Hal tersebut, lantaran penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, dinilai dapat membuat tanah menjadi lebih keras, jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk organik.

“Penggunaan pupuk kimia jika diteruskan keasamannya akan tinggi, nanti akan berpengaruh ke kualitas jagung, pohon dan buah jagungnya jadi kecil-kecil, karena pengasaman,” ujar Soekarwo, Selasa (5/9/2023).

Selain berpengaruh terhadap kualitas tanaman, penggunaan pupuk organik tersebut, juga akan menghemat biaya tanam petani. Pasalnya, pupuk organik bisa didapatkan dengan mudah tanpa membeli, seperti halnya kotoran sapi, bonggol pisang, cacahan jagung ataupun urine sapi.

Dari sejumlah pupuk organik tersebut, pria yang akrab disapa Pakde Karwo ini menjelaskan jika pupuk organik terbaik adalah yang berasal dari urine sapi. Menurutnya, dengan penggunaan pupuk tersebut, hasil dari tanaman petani akan lebih melimpah dibandingkan dengan biasanya.

“Jika seharusnya lima hektar dapat lima ton, diberi urine sapi tidak hanya bisa delapan ton, tapi bisa juga jadi 10 ton hasilnya. Satu tahun pertama hasilnya memang sedikit menurun, tapi satu tahun ketiga naik 50 persen, setelah tahun ketiga ini sudah tidak perlu pupuk organik,” bebernya.

Melihat antusias dari masyarakat terkait usulan yang diberikan tersebut, Mantan Gubernur Jawa Timur tersebut optimis jika petani di Desa Remen dapat beralih menggunakan pupuk organik.

Hanya saja, pemimpinnya harus sabar untuk membimbing dan mengajak para petani tersebut, untuk beralih menggunakan pupuk organik, dengan memberikan bukti atau contoh yang nyata.

“Prinsip dasar kita harus hijrah ke organik, untuk memilih sesuatu yang lebih baik. Tetapi selain itu, saya meminta kepada Bupati agar pupuk organik itu didampingi peternak, kalau tidak ada ternaknya tidak bisa menjadi pupuk organik,” katanya.

Sebab menurutnya, ternak sendiri merupakan salah satu bagian penting dari pupuk organik, sehingga dituntut lebih banyak masyarakat yang memelihara hewan ternak, terutama sapi.

Sementara salah seorang petani setempat, Lazib mengatakan jika rata-rata masyarakat di desa tersebut telah menggunakan pupuk organik, berupa kotoran sapi.

“Di Desa ini rata-rata organiknya adalah kotoran sapi, tapi permasalahannya ketika tanah dikasih pupuk kotoran hewan, saat musim penghujan biasanya yang menjadi masalah adalah ulat tanah,” imbuhnya. [Sav/ Dwi]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS