Cerita Hujan Batu di Desa Glodog Tuban, Akibat Saudara Kembar Menjadi Suami Istri

Kontributor : Nur Qur'ani Mulia*

blokTuban.com - Sejarah Desa Glogog memiliki cerita sejarah yang cukup unik. Pasalnya nama Desa Glodog berawal dari kisah cinta suami istri yang ternyata saudara kembar.

Desa yang dipimpin oleh Sujiyanto selaku Kepala Desa Glodog yang dibantu 10 perangkat desa mulai dari sekdes, kadus, dan kaur serta kasi ini terletak di Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Serta memiliki luas wilayah 205 HA dengan potensi lahan yang cukup produktif. 

Sedangkan secara geografi Desa Glodog berada di selatan laut jawa. Dan terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun Bentaro, Dusun Bogoran, Dusun Sidorejo, dan Dusun Tambakrejo, Rabu (05/04/2023).

Menurut Jasmad (58 tahun) selaku kaur keuangan Desa Glodog mengatakan, bahwa dulu sebelum kerajaan terdapat tokoh bernama Ngepreh yang menikah dengan Dewi Bentaro (anak angkat empu cangan). Kemudian Empu Cangan terkejut mendengar bahwa calon menantunya ternyata putra dari Ki Klero. Di mana Ki Klero juga merupakan ayah kandung Dewi Bentaro. 

Tak lama kemudian, Empu Cangan memberi tahu Ngepreh bahwa Dewi Bentaro adalah saudara kandungnya, akan tetapi Ngepreh tidak mempercayai sekaligus marah, sehingga Ngepreh membawa kabur Dewi Bentaro dan menikah tanpa seizin Empu Cangan hingga dikarunia 2 anak.

Kabar pernikahan Ngepreh tersebut sampai ke telinga Empu Cangan. Akhirnya Empu Cangan marah besar. Kemudian di atas tempat tinggal Ngepreh dan Dewi Bentaro, Empu Cangan mengirimkan batu besar dengan suara yang cukup gemuruh.

“Nah, akhirnya sesuai dengan suara gemuruh hujan batu tersebut yang berbunyi glodog glodog glodog, akhirnya daerah ini dinamakan Desa Glodog,” Ujar Jasmad.

Sedangkan untuk peninggalan bersejarah Desa Glodog memiliki Makam Ngepreh. Di mana makam ini merupakan pemakaman istri sekaligus saudara kandung Ngepreh yang tewas tertimbun batu besar yang terletak di belakang rumah Ngepreh.

Tak lama kemudian Ngepreh beserta anaknya juga tewas dan kemudian dimakamkan di daerah tersebut. Akhirnya makam tersebut dinamakan Makam Ngepreh.

Adapun potensi yang dimiliki Desa Glodog saat ini adalah nelayan dan petani.

“Untuk nelayan itu 50% sedangkan petani itu 30% dan selebihnya itu jasa termasuk guru dan yang lainya,” bebernya.

“Sedangkan untuk pendapat perkapita sekitar Rp2 juta sampai Rp3 juta untuk pendapatan masyarakat nelayan maupun petani” Imbuhnya.

Sedangkan mayoritas penduduk Desa Glodog 100% beragama Islam. [Lia/Ali]

 

Temukan konten blokTuban.com menarik lainnya di GOOGLE NEWS 

 

*: Penulis merupakan mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura yang magang di kantor redaksi blokTuban.com di Jalan Pramuka II No.19 kelurahan Sidorejo, Tuban.